Sabtu, 27/04/2024 - 02:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Harga TBS Sawit Masih di Bawah Rp 2.000 per Kg, Produktivitas Bakal Turun

ADVERTISEMENTS

Harga TBS yang rendah maka akan menyulitkan petani untuk membeli pupuk.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia (SPKS) menyampaikan harga tandan buah segar (TBS) sawit masih belum membaik pascadicabutnya larangan sementara ekspor CPO pada bulan lalu. Produktivitas sawit terancam merosot akibat rendahnya harga jual oleh petani.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Kepada Bidang organisasi dan Anggota SPKS, Sabarudin, mengatakan, rata-rata harga TBS di 14 kabupaten yang tersebar di 10 provinsi kembali mengalami penurunan antara Rp 100 per kg sampai Rp 450 per kg sehingga harga menjadi di bawah Rp 2.000 per kg.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Ia menuturkan, harga TBS petani swadaya ini juga masih sangat jauh perbedaan dengan harga TBS yang di tetapkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi. Ia mencatat, rata-rata perbedaan harga riil dengan harga acuan mencapai Rp 1.000 per kg hingga Rp 1.700 per kg dari harga rata-rata TBS beberapa provinsi antara Rp 2.500 per kg – Rp 3.300 per kg.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Penuhi Kebutuhan Nasabah Selama Lebaran, BSI Tetap Buka 570 Cabang


“Selain harga yang masih rendah beberapa pabrik di wilayah-wilayah SPKS juga melakukan pembatasan pembelian TBS petani sawit swadaya dengan alasan tangki penuh, perusahaan beralasan masih kesulitan untuk melakukan ekspor karena regulasi terbaru dari Kementerian Perdagangan,” ujar Sabarudin dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (14/6/2022).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


SPKS berharap pengawalan terhadap harga tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit, baik swadaya maupun plasma oleh Kementerian Pertanian. Ia pun menilai, regulasi yang telah diterbitkan Kementan mengenai pengaturan harga TBS, minim pengawasan dan sangsi kepada perusahan yang melanggar.


“Kita usulkan agar pengawasan tidak hanya di lakukan di pabrik-pabrik tetapi perlu di lakukan pengawasan di tengkul, loding ram dan timbangan-timbangan, karena mayoritas petani swadaya itu kan jualnya ke pihak-pihak ini,” kata dia.


Sementara itu, petani sekaligus Ketua SPKS Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Arif Mansur Rosyadi menyampaikan, turunnya harga TBS para petani swadaya akan mempengaruhi produktivitas petani.

Berita Lainnya:
Menko Airlangga Bilang Harga Minyak Mentah Sudah di Atas Asumsi APBN


Sebab, dengan harga TBS yang rendah maka akan menyulitkan petani untuk membeli pupuk yang kini sangat mahal. Harga pupuk saat ini naik sekitar 50 – 70 persen. Sebagai contoh, misalnya untuk pupuk yang sering di gunakan oleh petani sawit yaitu pupuk NPK mencapai Rp 540 ribu per sak sedangkan pupuk jenis Urea Rp 520 ribu per sak dan pupuk jenis KCL Rp 930 ribu per sak.


Sementara itu, Ketua SPKS Kabupaten Mamuju Tengah, Irfan, mengatakan petani sawit swadaya di Mamuju Tengah Sulawesi Barat pada pekan ini melakukan demonstrasi besar–besaran di Kantor Bupati dan juga DPRD serta di Pabrik kelapa sawit. Itu karena rendahnya harga TBS di tingkat petani sawit swadaya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi