Minggu, 26/05/2024 - 01:00 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kemenkes: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia Jadi 20 Kasus

Laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA — Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril melaporkan, jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air hingga Selasa (13/6/2022) siang berjumlah 20 kasus. Dengan demikian, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus. 

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


“Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5,” kata Mohammad Syahril yang dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa siang.


BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian. Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.

Berita Lainnya:
Pemprov Riau Bangun Rumah Sakit Otak Senilai Rp 1,6 triliun


Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6/2022) menyebutkan, BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022. Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022. “Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Tjandra, yang juga mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara itu, mengatakan, potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya. “Untuk tenaga kesehatan kita sudah di-booster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu,” katanya.

Berita Lainnya:
Mahasiswa Universitas BSI Kampus Sukabumi Siap Bersaing di Era Digital


Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. “Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun,” katanya.

ADVERTISEMENTS


ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. “Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja,” katanya.

ADVERTISEMENTS


sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi