Jumat, 26/04/2024 - 14:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIGLOBAL

Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga, Pertama Kali dalam 15 Tahun

ADVERTISEMENTS

Kenaikan suku bunga dilakukan Bank Sentral Swiss untuk mengontrol inflasi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 BERN — Bank sentral Swiss, Swiss National Bank (SNB), menaikkan suku bunga utamanya untuk pertama kalinya dalam 15 tahun secara mengejutkan pada Kamis (16/6/2022). Bank sentral mengatakan siap untuk peningkatan lebih lanjut, bergabung dengan bank-bank sentral lain dalam pengetatan kebijakan moneter untuk melawan kebangkitan inflasi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Bank sentral menaikkan suku bunga acuannya menjadi minus 0,25 persen dari level minus 0,75 persen yang telah diterapkannya sejak 2015. Ini mengirim mata uang safe-haven franc naik tajam. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Langkah tersebut adalah kenaikan pertama oleh SNB sejak September 2007, dan mengikuti kenaikan suku bunga 0,75 persen oleh Federal Reserve AS pada Rabu (15/6/2022). Bank-bank sentral lainnya juga menaikkan suku bunga karena mereka mencoba untuk mendinginkan inflasi yang didorong lebih tinggi oleh melonjaknya harga bahan bakar dan makanan yang membebani anggaran untuk rumah tangga dan bisnis.

ADVERTISEMENTS


Bank sentral Inggris (BoE) tampaknya akan menaikkan suku bunga lagi pada Kamis waktu setempat karena mencoba untuk mengatasi tingkat inflasi di jalur untuk dua digit. Bank Sentral Eropa (ECB) mengisyaratkan pekan lalu akan menaikkan suku bunga pada Juli untuk mengendalikan inflasi zona euro yang mencapai 8,1 persen bulan lalu.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
BPS: Andil Inflasi Perawatan Pribadi Lebih Dominan dari Transportasi


Ketua SNB Thomas Jordan mengatakan situasi inflasi – dengan Swiss melihat kenaikan harga tertinggi dalam hampir 14 tahun selama Mei – berarti SNB mungkin harus bertindak lagi. “Perkiraan inflasi baru menunjukkan bahwa kenaikan lebih lanjut dalam suku bunga mungkin diperlukan di masa mendatang,” katanya dalam konferensi pers.


Kenaikan suku bunga Kamis diperlukan untuk mengendalikan kenaikan harga-harga di Swiss, yang telah menyebar ke barang dan jasa yang sebelumnya tidak terpengaruh oleh dampak perang di Ukraina dan kemacetan rantai pasokan terkait dengan pandemi.


“Dalam lingkungan saat ini, kenaikan harga-harga berlanjut lebih cepat, dan juga lebih mudah diterima, daripada yang terjadi sampai saat ini,” kata Jordan.


“Ada ancaman efek putaran kedua yang mengakar jika inflasi tetap di atas 2,0 persen untuk waktu yang lama.”

Berita Lainnya:
Pertamina Jamin Stabilitas Harga BBM Setelah Serangan Iran ke Israel


Dia mengatakan depresiasi baru-baru ini berarti franc Swiss tidak lagi bernilai tinggi di pasar mata uang – lama menjadi perhatian bagi SNB – dan bahwa SNB siap untuk intervensi di pasar untuk mengendalikan apresiasi berlebihan atau melemahnya franc. Kekuatan safe-haven franc telah meredam dampak inflasi di Swiss dengan mengurangi kenaikan harga untuk impor bahan bakar dan makanan, tetapi hal ini tidak terjadi setelah melemahnya baru-baru ini, kata Jordan.


“Dengan demikian inflasi yang diimpor dari luar negeri meningkat,” katanya. “Konsekuensi lain dari depresiasi ini ditambah dengan inflasi yang jauh lebih tinggi di luar negeri adalah bahwa franc tidak lagi bernilai tinggi.”


SNB menaikkan perkiraan inflasi untuk 2022 menjadi 2,8 persen dari 2,1 persen yang diberikan pada Maret. Ia juga memperkirakan inflasi sebesar 1,9 persen dan 1,6 persen pada 2023 dan 2024, naik dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan harga sebesar 0,9 persen di kedua tahun tersebut.


SNB masih memperkirakan ekonomi Swiss tumbuh sekitar 2,5 persen pada 2022.


sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi