Sabtu, 18/05/2024 - 01:18 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Psikolog Bagi Cara Menanggulangi Trauma Anak karena KDRT

KDRT bisa mempengaruhi psikologis anak hingga dewasa.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

JAKARTA — Ketika anak mengalami trauma karena KDRT, psikolog dari Universitas Indonesia Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPED menjelaskan bahwa tak hanya anak yang harus melakukan terapi. Orang tua disebutnya juga perlu melakukan terapi.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Anak itu sebetulnya kalau dia melihat saja dia bisa trauma. Jadi sebenarnya yang harus di-handle itu adalah abusernya. Karena kalau anaknya trauma kan harus ada penanganan tuh. Karena kalau kekerasan itu traumanya dalam dan harus ditangani sama profesional,” kata Rosidana, Selasa (11/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

“Tapi percuma kalau sudah ditangani anaknya trauma tapi di rumah terjadi lagi. Yang ada itu bisa jadi tambah parah karena dia merasa itu cycle yang dia nggak bisa setop. Dan kalau yang diterapi cuma anaknya, nanti dia akan merasa bahwa dia adalah penyebab,” sambungnya.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Pemerintah Siap Blokir Gim yang Mengandung Kekerasan, Termasuk Free Fire?

Apabila anak tidak melakukan terapi ketika mengalami trauma karena KDRT, hal tersebut pun bisa saja berdampak pada kehidupannya saat dewasa. Misalnya seperti mempengaruhi hubungan asmara sang anak di masa depan.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Kendati demikian, Rosdiana mengatakan bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Sebab, setiap orang akan memiliki dampak yang berbeda-beda saat mengalami trauma.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Bisa berpengaruh juga ke hubungan asmara dia ketika dewasa. Tapi ini tergantung ya. Anak ini korban, atau dia hanya melihat. Tiap orang itu kan beda, jadi dampaknya juga akan berbeda pada setiap orang. Bisa jadi kakak adik mengalami hal yang sama tapi dampaknya berbeda itu bisa,” jelasnya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
Berita Lainnya:
Sirnakan Rasa tak Bahagia dengan Jurnal Bersyukur

Di sisi lain, psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra Putranto memaparkan bahwa anak yang melihat perilaku kekerasan setiap hari dalam rumah dapat mengalami gangguan fisik, mental, dan emosional. “Gangguan emosional dapat dimanifestasikan dalam bentuk peningkatan perilaku agresif, kemarahan, kekerasan, perilaku menentang dan ketidakpatuhan serta timbul gangguan emosional dalam diri anak,” ungkap Kasandra.

ADVERTISEMENTS

“Misalnya seperti rasa takut yang berlebihan, kecemasan, relasi buruk dengan saudara kandung atau teman, bahkan hubungan dengan orang tua serta mengakibatkan penurunan self esteem pada anak,” pungkasnya.

ADVERTISEMENTS

Kasandra menjelaskan, hal ini dapat terlihat dari menurunnya prestasi anak di sekolah, terbatasnya kemampuan korban solving, dan kecenderungan sikap anak untuk melakukan tindak kekerasan.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi