Jumat, 26/04/2024 - 12:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Cerita Petani Cabai di Pakistan yang Merana Gara-Gara Perubahan Iklim

ADVERTISEMENTS

Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 KUNRI — Dekat Kunri, sebuah kota di Pakistan selatan yang dikenal sebagai ibu kota cabai Asia, petani Leman Raj mengaduk-aduk tanaman kering mencari cabai merah. Sebagian besar tanaman itu hancur. Dia masih memiliki harapan ada yang bisa diselamatkan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Tanaman saya sangat panas, kemudian hujan mulai turun, dan cuaca berubah total. Sekarang karena hujan deras kami mengalami kerugian besar pada tanaman kami, dan inilah yang terjadi pada cabai,” kata pria berusia 40 tahun itu memegang tanaman yang kering dan busuk. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Dampak Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem Menghantam Asia dengan Keras


“Semua cabai telah membusuk,” ujarnya. 

ADVERTISEMENTS


Banjir yang menghancurkan Pakistan pada Agustus dan September, akibat suhu tinggi selama beberapa tahun, telah membuat petani cabai berjuang untuk mengatasinya. Di negara yang sangat bergantung pada pertanian, kondisi iklim yang lebih ekstrem memukul ekonomi pedesaan dengan keras. Para pejabat telah memperkirakan kerusakan akibat banjir lebih dari 40 miliar dolar AS. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Pakistan berada di peringkat keempat di dunia untuk produksi cabai, dengan 60.700 hektar pertanian menghasilkan 143.000 ton per tahun. Pertanian membentuk tulang punggung ekonomi Pakistan, membuatnya rentan terhadap perubahan iklim.


Sebelum banjir, suhu panas membuat cabai sulit tumbuh, yang membutuhkan kondisi yang lebih moderat. “Ketika saya masih kecil … panasnya tidak pernah begitu kuat. Kami dulu memiliki panen yang berlimpah, sekarang menjadi sangat panas, dan hujan sangat jarang sehingga hasil panen kami berkurang,” kata Raj.

Berita Lainnya:
Harga Pangan Hari Ini: Cabai dan Telur Kompak Naik, Beras Masih di Atas HET


Direktur Pusat Penelitian Zona Arid di Dewan Penelitian Pertanian Pakistan Dr Attaullah Khan mengatakan, gelombang panas selama tiga tahun terakhir telah mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai di daerah tersebut. Suhu itu menyebabkan penyakit yang menggulung daun dan menghambat pertumbuhannya.


Banjir sekarang menjadi tantangan baru… (bersambung halaman kedua)

sumber : reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi