Lebih segarnya lagi adalah Erick Thohir memiliki cakupan atau sisi yang berpeluang untuk menarik perhatian generasi milenial. Tentu dari sisi melirik pemilih muda atau pemilih berbasis gender sangat menguntungkan siapa saja capres yang berpasangan dengan Erick Thohir.
Dari sisi prospek perkembangan ekonomi nasional dan teknologi digital juga Erick Thohir dipandang mampu untuk menjawab janji politik presiden yang didampinginya. Sebab untuk mengubah Indonesia dari daerah berkembang sangat ditentukan oleh sejauhmana kemampuan wakil presiden dalam memperkuat kinerja presiden.
Pada tahapan ini, tidak berlebihan rasanya mengatakan berdasarkan uraian di atas, sepanjang deretan nama-nama cawapres yang berkembang hari ini, nama cawapres yang ideal adalah Erick Thohir dengan segala potensi yang melekat padanya. Sebab melihat sosok capres mesti dihitung kekuatannya dengan cermat. Jika tidak dihitung dengan kuat dan rinci, dapat dipastikan pasangan capres/cawapres dapat dipastikan tumbang dalam Pilpres 2024 mendatang.
Secara perhitungan politik pula sudah menjadi tren bagi kalangan elite di negeri ini bahwa mereka pasti tidak ingin mendukun pasangan capres/cawapres yang hitung-hitungan cenderung kalah. Karena persoalan pemenangan dalam politik di Pilpres 2024 nanti tidak bisa ditempuh dengan hanya bermain prasangka atau sekadar percaya pada prediksi survey semata. Karena itu, melihat posisi Erick Thohir secara jernih dan terbuka di balik semua potensinya adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kemenangan di Pilpres 2024.
Sumber: Republika