Sabtu, 04/05/2024 - 01:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Infeksi Virus dan Bakteri Jadi Penyebab Utama Diare pada Anak

ADVERTISEMENTS

Infeksi virus rotavirus menjadi kasus yang paling sering sebabkan diare.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Dokter spesialis anak dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita dr Syahminar Rahmani, SpA, mengatakan bahwa infeksi merupakan penyebab diare paling sering yang terjadi pada anak-anak di antara penyebab-penyebab lainnya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“Penyebab diare bisa bermacam-macam, banyak. Paling sering adalah infeksi. Infeksi bisa virus, bakteri, parasit. Paling sering infeksi itu adalah rotavirus. Untuk di bawah usia 2 tahun kurang lebih 90 persen penyebab diarenya karena infeksi rotavirus,” kata Syahminar dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Kamis (10/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Dia juga mengatakan, kondisi diare akut paling sering dialami anak-anak. Diare akut ini, imbuh Syahminar, paling sering karena infeksi rotavirus dan biasanya terjadi perbaikan kondisi kurang dari tujuh hari.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


“Yang disebut akut itu kalau diarenya terjadi kurang dari 14 hari. Kalau yang disebut kronik adalah diarenya terjadi lebih dari 14 hari. Kadang ada diare yang tidak teratasi dengan baik, maksudnya diare akut yang tidak teratasi dengan baik, itu bisa berlanjut jadi diare kronik,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Cegah Tertular Penyakit, Jangan Biarkan Balita Dipeluk-Dicium Saat Silaturahim Lebaran


Syahminar mengatakan, vaksinasi rotavirus menjadi salah satu metode pencegahan untuk diare. Berdasarkan penelitian meta analisis di banyak negara, imbuh dia, vaksin rotavirus bisa mencegah diare kurang lebih 45 hingga 90 persen. Selain infeksi, diare juga bisa disebabkan oleh alergi karena mengonsumsi makanan tertentu.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Menurut pengalaman Syahminar, alergi yang jamak menyebabkan diare pada anak misalnya karena mengonsumsi susu sapi. Namun dia mengingatkan orang tua tidak perlu khawatir karena biasanya alergi susu sapi bisa hilang dalam jangka waktu tertentu.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


“Kalau sudah terbukti alergi susu sapi, dengan dua minggu eliminasi kemudian dicoba lagi dan ternyata betul alergi, ada gejala. Nah, (setelah itu) setop dulu 6 bulan. Kemudian nanti kita kasih lagi susu sapinya. Setelah itu biasanya ada perbaikan. Ada juga yang tidak, itu harus disetop lagi dulu, pelan-pelan saja,” katanya.


Syahminar menjelaskan, kondisi diare ditandai dengan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lebih cair atau lunak, frekuensi lebih dari atau sama dengan tiga kali dalam 24 jam, dan jumlah yang lebih banyak dibanding biasanya.

Berita Lainnya:
Apa Itu Ganja Cair yang Digunakan Selebgram Chandrika Chika di Vape?


Akan tetapi, dia mengingatkan, anak dengan frekuensi BAB lebih dari tiga kali sehari juga belum tentu dikatakan diare. Kondisi tersebut harus ditilik lebih jauh, apakah tumbuh-kembang anak baik hingga bagaimana kondisi klinis sang anak.


“Ada hal-hal yang harus kita perhatikan juga. Anak yang BAB-nya tiga kali sehari dan tumbuhnya bagus malah itu belum tentu diare. Karena memang pola BAB tiap orang kan macam-macam, ada yang bisa dua kali sehari tapi orangnya biasa saja,” katanya.


Orang tua juga perlu memiliki sikap kehati-hatian dalam menilai BAB dengan konsistensi lebih cair pada bayi di bawah usia satu tahun.


Menurut Syahminar, hal tersebut biasanya terjadi karena efek bayi yang masih mengonsumsi ASI. Dia mengatakan ASI mengandung efek pencahar sehingga cairan tersebut dapat diserap sempurna oleh usus.


“Kita harus lihat, kalau anaknya baik-baik saja dan tidak ada perubahan dari jumlah atau frekuensi BAB per harinya, kita masih belum bisa bilang itu diare,” katanya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi