Senin, 06/05/2024 - 01:11 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Tradisi Bangsa Arab dan Muslim dalam Memberi Hadiah

ADVERTISEMENTS

Hadiah dari bangsawan dan raja selalu dihargai dalam budaya Arab dan Muslim.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Tradisi memberikan hadiah dalam budaya Arab dan Islam begitu kental. Hal itu baru-baru ini nampak dari pemberian bisht kepada Lionel Messi dalam pemberian trofi Piala Dunia 2022.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dilansir di The New Arab, Jumat (6/1/2023), bisht yang diberikan kepada Messi mungkin tidak berharga lebih dari 2.000 dolar AS, namun fakta seorang pengacara Oman menawar hingga 1 juta dolar AS untuk jubah tersebut mengungkapkan banyak hal tentang status hadiah dalam budaya Arab.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Alasan kenaikan harga ini sederhana. Bisht tersebut adalah hadiah dari Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani kepada salah satu pesepakbola paling berprestasi selama beberapa generasi itu. Hadiah seperti itu sekarang memperoleh status jubah kehormatan. Namun, pemberian hadiah bukanlah hal baru.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Hadiah dari bangsawan dan raja selalu dihargai dalam budaya Arab dan Muslim. Yang mulia atau raja akan melepas jubahnya sendiri dan mengenakannya pada subjek yang ingin dia hormati. Inilah mengapa disebut Khil’a dalam bahasa Arab, yang berarti ‘pakaian yang dilepas’.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Di Timur Tengah kuno, hadiah paling umum yang bisa diberikan oleh seorang bangsawan, pejabat, pangeran atau raja kepada seseorang yang dia kagumi adalah jubah kehormatan. Tindakan atau protokol ini menambah nilai dan kehormatan ekstra pada pakaian karena digunakan untuk menutupi tubuh bangsawan, sehingga merupakan perpanjangan simbolis dari prestise, kebangsawanan, dan otoritas politik atau agamanya. Tradisi ini berlanjut dengan Islam, karena Nabi biasa menerima hadiah dan memberi penghargaan kepada orang yang memberikannya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
Adzan untuk Bayi Lahir dan Mayit Saat Dikubur Dilarang? Ini Penjelasan Mazhab Syafii

Jadi, ketika penyair Ka’ab ibn Zuhair memujinya dalam sebuah puisi, Nabi Muhammad melepas jubahnya sendiri dan menganugerahkannya kepadanya. Sejak itu, Khalifah dan Sultan mendirikan pabrik tekstil kerajaan yang memproduksi jubah khusus dalam berbagai ukuran.

Jubah ini biasanya memiliki benang emas, perak dan sutra, terkadang dihiasi dengan batu mulia. Pada sebuah gambar terkenal yang menampilkan Sultan Mahmoud dari Ghazni (abad ke-10) saat mengenakan Khil’a yang dikirim sebagai hadiah dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad, memberinya persetujuan Kekhalifahan Arab secara simbolis.

Dalam bukunya Picnic of the Amusers and Present of Caliphs, Raja Afdal Abbas Rasuli (abad ke-14/Yaman) mendedikasikan sebuah bab untuk “Tugas Raja terhadap siapa yang memberikan hadiah kepadanya”. Dia menyebutkan berbagai protokol mengenai hadiah yang didedikasikan untuk penguasa, tergantung nilainya.

Penulis menambahkan ada pegawai khusus di istana yang mengurus hadiah. Dia harus memperhatikan hadiah dan mengirim hadiah sebagai balasannya, setelah memberi tahu raja tentang hadiah itu, tidak peduli seberapa besar atau kecil nilai hadiah yang diterima.

Berita Lainnya:
Mengapa Muslim Disunnahkan Mandi Sebelum Jumatan? Ingat Pesan Nabi SAW Ini

Jika kita melihat jenis hadiah kerajaan yang dipertukarkan antara bangsawan atau dengan orang ‘biasa’ seperti yang diamati dalam koleksi seni Islam, kita menemukan buku-buku berhias, perhiasan, tekstil, artefak, pakaian yang dicat, barang-barang pribadi, barang antik, senjata, dan benda-benda lainnya.

Semua dibuat untuk melakukan fungsi aslinya dengan sempurna, tetapi dengan nilai tambah keindahan artistik yang istimewa. Tentu saja, uang emas dianggap sebagai hadiah terbaik, tetapi ada juga beberapa “hadiah hidup” yang mungkin melebihi nilai semua hadiah.

Di dunia abad pertengahan di mana perbudakan dapat diterima, menghadirkan budak yang tampan atau selir yang cantik akan menjadi hadiah utama, terutama jika penerima sudah jatuh cinta padanya. Selain budak, kita tidak boleh melupakan pentingnya menghadiahkan kuda dan bagal, yang pada zaman kita setara dengan mobil.

Hewan peliharaan dan hewan eksotis disajikan untuk persahabatan dan prestise. Secara umum, raja, wazir, dan bangsawan adalah kolektor buku, tidak hanya untuk mendidik diri sendiri tetapi juga untuk menunjukkan diri sebagai pelindung seni, sastra, dan sains. Banyak buku Arab pramodern ditulis atas permintaan pejabat atau didedikasikan untuk mereka, tetapi mereka harus terlihat luar biasa, itulah sebabnya buku-buku itu dicat, disepuh, dan disisipkan.

 

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi