Bener Meriah- Sebuah jembatan sepanjang 110 meter menggantung pada tali besi berkarat kecoklatan. Dengan lebar satu meter jembatan itu membentang di atas sungai di Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah.
Jembatan gantung itu merupakan penghubung antara pemukiman masyarakat dengan tempat mereka bertani. Masyarakat harus melintasi jembatan untuk sampai ke lokasi.
Pagi itu Minggu (8/1/2023) sebuah motor melintas di atasnya, pengendaranya memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi, hal iu dilakukan untuk menghindari goncangan dan agar tetap stabil hingga tiba di seberang. Di bawah jembatan terlihat beberapa masyarakat setempat sedang mandi dan mencuci baju.
Umumnya mata pencaharian masyarakat di Samar Kilang adalah bertani dan berkebun. Jagung, pinang, dan padi adalah hasil tani yang mencukupi kebutuhan hidup masyakarat di sana.
Saat musim panen masyarakat kesulitan mengangkut hasil panen karena jembatan itu hanya muat dilewati satu motor.
“Banyak masyarakat yang menyampaikan kepada kami tentang akses jembatan yang layak digunakan dan dapat mempermudah pengangkutan hasil panen,” tutur Muhammad Syam, salah seorang tokoh/Reje Kerlang.
Samar Kilang terletak di tengah hutan belantara Aceh Tamiang dan Aceh Timur dan masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Tutupan hutan yang masih alami dan sungai yang mengalir deras menjadikan Samar Kilang kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan di Samar Kilang adalah keberadaan empat satwa kunci yaitu Badak Sumatera, Orang Utan Sumatera, Harimau Sumatera, dan Gajah Sumatera.
Meski banyak yang sudah mengetahui keindahan dan kekayaan alamnya, kunjungan ke Samar Kilang masih terhitung jarang dilakukan karena jalan yang rusak dan rawan longsor.
Muhammad Syam atau yang sering dipanggil Ama Tris menceritakan, pada tahun 2000 sebanyak 114 Kartu Keluarga (KK) masyarakat Samar Kilang mengungsi ke Aceh Timur dan dijemput langsung oleh Bupati Aceh Tengah pada saat itu.
Hingga pada tahun 2002 masyarakat kembali ke Samar Kilang menempati rumah yang dibantu pembangunannya oleh lembaga kaum duafa.
Kampung seberang, lokasi awal yang mereka tempati kini menjadi ladang padi, jagung, cabai, pinang, dan hasil tani lainnya.
Muhammad Pian atau yang dikenal dengan panggilan Ama Roma adalah salah seorang tokoh adat di Samar Kilang yang merasakan bagaimana pahit getirnya kehidupan masyarakat di Samar Kilang. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pembangunan fasilitas yang layak bagi perekonomian masyarakat di Samar Kilang.
“Kita berharap pada pemerintah untuk memberikan perhatian lebih bagi kita yang tinggal di Samar Kilang, terutama untuk pembangunan jembatan agar mempermudah ekonomi masyarakat di Samar Kilang,” ucap M Pian.
M Pian juga mengatakan mereka ingin kembali ke kampung asal mereka, karena mata pencaharian mereka ada di sana dan para leluhur mereka semua ada di sana. Hal itu pun sudah disampaikan kepada pemerintah namun sampai saat ini pemerintah belum menggubrisnya.