Rabu, 01/05/2024 - 00:29 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALPALESTINA

Ribuan Pengunjuk Rasa Israel Kembali Protes Rencana Reformasi Peradilan

ADVERTISEMENTS

Lebih dari 100 ribu orang bergabung dalam protes pada Sabtu (21/1/2023).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

TEL AVIV — Puluhan ribu warga Israel kembali berkumpul di Tel Aviv untuk memprotes rencana pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merombak sistem peradilan negara dan melemahkan Mahkamah Agung. Media Israel yang mengutip polisi mengatakan, lebih dari 100 ribu orang bergabung dalam protes pada Sabtu (21/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Mereka ingin mengubah kami menjadi kediktatoran, mereka ingin menghancurkan demokrasi. Mereka ingin menghancurkan otoritas yudisial, tidak ada negara demokrasi tanpa otoritas yudisial,” kata Kepala Asosiasi Pengacara Israel, Avi Chimi, dilaporkan Aljazirah, Ahad (22/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pemerintah Netanyahu mengatakan, perubahan yudisial diperlukan untuk mengekang jangkauan hakim aktivis yang berlebihan. Rencana perubahan sistem peradilan tersebut telah menarik kecaman keras dari berbagai kalangan, termasuk pengacara dan bisnis. Para kritikus mengatakan, perubahan itu mengancam pemeriksaan dan keseimbangan demokrasi.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Populasi Eropa Diprediksi akan Berubah dalam Beberapa Dekade Ke Depan

Para pengunjuk membawa bendera dan spanduk bertuliskan “Kami Tidak Akan Hidup dalam Kediktatoran”. Kritikus mengatakan, masa depan demokrasi Israel dipertaruhkan jika pemerintah berhasil mendorong rencana tersebut karena mereka akan memperketat kontrol politik atas penunjukan hakim. Termasuk membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan keputusan pemerintah atau undang-undang Knesset. Selain mengancam independensi hakim dan melemahkan pengawasan pemerintah dan parlemen, para pengunjuk rasa mengatakan, reformasi peradilan akan merusak hak-hak minoritas dan membuka pintu lebih banyak korupsi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Semua generasi prihatin. Ini bukan lelucon. Ini adalah redefinisi demokrasi yang lengkap,” ujar seorang pengunjuk rasa, Lior Student.

Mantan perdana menteri Yair Lapid ikut bergabung dalam protes tersebut. Dia mengatakan, aksi protes ini bertujuan untuk membela negara. “Orang-orang datang ke sini hari ini untuk melindungi demokrasi mereka,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Iran: Selalu ada Konsekuensi dari Setiap Serangan

Protes lainnya terjadi di Kota Yerusalem, Haifa dan Bersyeba. Unjuk rasa itu terjadi beberapa hari setelah Mahkamah Agung memerintahkan Netanyahu untuk memecat Menteri Dalam Negeri Aryeh Deri, seorang memimpin partai agama Shas, atas tuduhan penggelapan pajak.

Pemerintahan baru Netanyahu terdiri dari aliansi antara Partai Likud beserta  sekelompok kecil partai agama dan nasionalis sayap kanan. Mereka mengklaim memiliki mandat untuk perubahan besar.

Politisi Likud telah lama menuduh Mahkamah Agung didominasi oleh hakim sayap kiri. Sebuah survei yang dirilis oleh Israel Democracy Institute pekan lalu menunjukkan kepercayaan di Mahkamah Agung jauh lebih tinggi di antara kelompok sayap kiri Israel daripada sayap kanan. Tetapi tidak ada dukungan keseluruhan untuk melemahkan kekuatan pengadilan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi