Senin, 20/05/2024 - 09:48 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Perempuan Jepang Enggan Menikah dan Punya Anak

Perempuan Jepang juga memikul beban pekerjaan rumah dan tugas mengasuh anak.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 TOKYO — Perempuan Jepang semakin enggan menikah dan memiliki anak, karena terhalang oleh tekanan keuangan dan peran gender tradisional yang memaksa banyak orang berhenti bekerja ketika hamil. Secara tradisional, perempuan juga memikul beban pekerjaan rumah dan tugas mengasuh anak.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Seorang mahasiswa di Tokyo, Nao Iwai mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau mempunyai anak. Keputusan ini diambil setelah dia melihat kakak perempuannya yang memiliki anak berusia dua tahun.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

“Dulu saya berpikir bahwa saya akan menikah pada usia 25 tahun dan menjadi seorang ibu pada usia 27 tahun. Tetapi ketika saya melihat kakak perempuan tertua saya, yang memiliki anak perempuan berusia dua tahun, saya takut memiliki anak,” kata Iwai, dilaporkan The Guardian.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Iwai mengatakan, ketika punya anak di Jepang, seorang perempuan diharapkan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga secara penuh. Perempuan juga memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mendidik anak-anaknya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Menkeu Israel Desak Mossad Serang Pemimpin Hamas

“Saya merasa sulit untuk membesarkan anak, secara finansial, mental dan fisik.  Pemerintah mengatakan akan memberikan dukungan yang lebih baik untuk keluarga dengan anak kecil, tetapi saya tidak terlalu percaya pada politisi,” kata Iwai.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Seorang profesor di Universitas Sophia di Tokyo, Yuka Minagawa, mengatakan, tingkat kesuburan yang rendah merupakan gejala dari kemajuan yang dicapai wanita Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Perempuan Jepang berhasil meraih pencapaian pendidikan yang lebih baik dan ada peningkatan jumlah perempuan di tempat kerja. Namun konsekuensinya, mereka menjadi enggan menikah dan memiliki anak.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Faktor yang mungkin menyebabkan keengganan wanita Jepang untuk menikah adalah meningkatnya biaya pernikahan,” tulis Naohiro Yashiro, seorang profesor di Universitas Wanita Showa, dalam esai untuk situs web Forum Asia Timur.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

“Dengan pendidikan yang lebih tinggi, lebih banyak perempuan muda yang memiliki upah yang sama dengan laki-laki, sehingga rata-rata masa pencarian pasangan mereka lebih lama.  Saat ini, rata-rata usia perkawinan pertama bagi perempuan adalah 29 tahun, jauh melampaui 25 tahun pada 1980-an ketika sebagian besar perempuan hanya lulusan SMA,” kata Yashiro.

Berita Lainnya:
Zelenskyy Berterima Kasih DPR AS Sahkan Bantuan untuk Ukraina

Populasi Jepang sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia, menurun selama beberapa tahun dan mengalami rekor penurunan 644.000 pada 2020-2021. Populasi diperkirakan akan anjlok dari 125 juta menjadi sekitar 88 juta pada 2065, atau ada penurunan 30 persen dalam 45 tahun.

Jumlah orang yang berusia di atas 65 tahun terus bertambah. Kini jumlahnya mencapai lebih dari 28 persen populasi. Seorang wanita Jepang diharapkan memiliki rata-rata 1,3 anak selama hidupnya. Jumlah ini jauh di bawah rata-rata 2,1 anam yang dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran populasi saat ini.

Pada 2021, jumlah kelahiran mencapai 811.604 atau terendah sejak pencatatan pertama kali dilakukan pada 1899. Penurunan jumlah kelahiran lebih cepat daripada yang diproyeksikan oleh pakar demografi.  Sebaliknya, jumlah centenarian mencapai lebih dari 90.500, dibandingkan dengan hanya 153 orang pada 1963.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi