Kemudian pada 14 Februari 2023 lalu, Jens Stoltenberg menyerukan negara-negara Barat untuk meningkatkan pasokan amunisi dan logistik perang ke Ukraina. Dia menuduh Vladimir Putin sedang mempersiapkan serangan-serangan baru. “Kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Presiden Putin sedang mempersiapkan perdamaian. Apa yang kami lihat sebaliknya, dia sedang mempersiapkan lebih banyak perang, untuk aksi ofensif dan serangan baru,” ujar Stoltenberg kepada awak media menjelang pertemuan para menteri pertahanan negara anggota NATO di Brussels, Belgia.
Menurutnya, saat ini konflik di Ukraina sudah menjadi perang yang menguras tenaga. “Oleh karena itu, ini juga merupakan pertempuran logistik,” kata Stoltenberg.
Dalam pidato kenegaraan di Majelis Federal Rusia pada 21 Februari 2023 lalu, Putin kembali menyampaikan bahwa negaranya siap menjalin dialog keamanan dengan Barat. Namun Rusia justru menerima “reaksi munafik” dan ekspansi NATO jauh ke timur Eropa.
“Kami terbuka dan dengan tulus siap untuk dialog konstruktif dengan Barat. Kami mengatakan dan bersikeras bahwa Eropa dan seluruh dunia membutuhkan sistem keamanan yang tak terpisahkan yang setara untuk semua negara. Selama bertahun-tahun, kami telah menawarkan mitra kami untuk membahas gagasan ini bersama-sama dan mengerjakan implementasinya,” kata Putin.
“Sebagai tanggapan, kami menerima reaksi yang tidak jelas atau munafik. Namun ada juga tindakan khusus: perluasan NATO menuju perbatasan kami dan pembuatan situs perisai rudal baru di Eropa dan Asia,” ujar Putin menambahkan.
Saat ini selain Ukraina, terdapat dua negara lain yang juga tengah mengajukan permohonan keanggotaan ke NATO, yakni Swedia dan Finlandia. Serangan Rusia ke Ukraina mendorong Stockholm dan Helsinki memutuskan bergabung dengan NATO. Finlandia memiliki perbatasan darat sepanjang 1.340 kilometer dengan Rusia. Sementara Swedia dan Rusia hanya dipisahkan Laut Baltik.
Selama tujuh dekade, Swedia dan Finlandia memutuskan menjadi negara netral dan tak bergabung dengan NATO. Keduanya menilai, sikap demikian membuat mereka lebih aman. Namun serangan Rusia terhadap Ukraina mengubah sikap dan pandangan mereka.
Sumber: Republika