Sabtu, 18/05/2024 - 02:05 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Rupiah Menguat Seiring Kebijakan Moneter AS yang Tidak Terlalu Agresif

Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Rupiah pada Jumat (24/3/2023) pagi dibuka naik 176 poin atau 1,15 persen ke posisi Rp 15.169 per dolar AS

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA — Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan menguat seiring Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengindikasikan kebijakan moneter yang tidak terlalu agresif. Rupiah pada Jumat (24/3/2023) pagi dibuka naik 176 poin atau 1,15 persen ke posisi Rp 15.169 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.345 per dolar AS.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS karena The Fed mengindikasikan kebijakan pengetatan yang tidak terlalu agresif pada pengumuman keputusan kebijakan moneternya di Kamis dini hari kemarin,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi Antara di Jakarta.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS
Berita Lainnya:
ITDC Kebut Konstruksi Jaringan Pipa Gas Alam di The Nusa Dua Bali

Ariston menuturkan pasar sekarang berekspektasi mungkin suku bunga acuan AS tidak akan dinaikkan pada rapat berikutnya dan mungkin hanya naik satu kali lagi tahun ini. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

The Fed menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin pada Rabu (22/3/2023), tetapi menghilangkan bahasa tentang “peningkatan yang sedang berlangsung” yang diperlukan untuk mendukung “beberapa kenaikan tambahan”.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Kenaikan The Fed penting mengingat bahwa pasar keuangan telah bergolak oleh kepercayaan yang goyah terhadap bank-bank secara global menyusul penarikan dana besar-besar di Silicon Valley Bank di AS dua minggu lalu dan kematian mendadak Credit Suisse di Swiss.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Kemendes & PDTT Apresiasi Dukungan Pertamina untuk Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Menurut Ariston, krisis perbankan di AS yang sedang berlangsung menjadi faktor dari kebijakan yang tidak agresif tersebut. Tiga bank di Amerika Serikat (AS) ditutup, yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Tapi di sisi lain, krisis perbankan itu memicu kehati-hatian pelaku pasar untuk masuk ke aset berisiko. Pasar masih mencermati perkembangan krisis tersebut, apakah pemerintah yang bersangkutan bisa mengatasinya atau krisis malah menyebar ke berbagai negara.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

“Kehati-hatian ini bisa mendorong pelemahan aset berisiko seperti rupiah,” ujarnya.

Ia memperkirakan kurs rupiah berpeluang menguat ke arah Rp 1 5.300 per dolar AS dengan potensi resisten di sekitar Rp 15.380 per dolar AS.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi