“Kalau dihapal semua juga bisa dengan sangat mudah. Tapi sekarang kita ubah itu menjadi, pada akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan memiliki intuisi bilangan. Number sense. Sense of number. Hal-hal yang memang lebih rumit untuk dimengerti oleh guru-guru PAUD dan SD. Tapi bukan alasan untuk tidak bisa menguasainya,” kata Nadiem.
Pengubahan juga dilakukan terhadap buku-buku teks siswa kelas satu dan dua SD. Menurut Nadiem, Kemendikbudristek sudah mengurasi buku-buku yang diperlukan untuk belajar sehingga dipastikan tidak ada asumsi dalam buku-buku tersebut bahwa anak sudah bisa calistung. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan menyertakan berbagai macam gambar visual dalam buku pelajaran Kurikulum Merdeka.
“Sehingga kalaupun anak itu belum bisa membaca, dia masih bisa mengerti alur cerita daripada materi yang ada dalam buku teks tersebut. Dan konsep-konsep matematika juga visual agar yang dimengerti itu bukan hapalan, tapi konsep daripada numerasi,” tegas dia.
Sumber: Republika