Jumat, 10/05/2024 - 20:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EDUKASI
EDUKASI

FSGI Sebut Buku Teks Jenjang SD Saat Ini Bertentangan dengan Kebijakan Mendikbudristek

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menegaskan mendukung kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-24. Salah satu poinnya menghilangkan tes baca, tulis, dan menghitung (calistung) dalam PPDB SD.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

Namun, langkah tersebut harus disertai juga dengan pembenahan buku teks kelas 1 SD yang terlalu berat bagi anak yang masih belajar baca dan berhitung. “Buku-buku teks jenjang SD saat ini justru bertentangan dengan kebijakan Mendikbudristek, karena buku teks kelas 1 SD sudah penuh dengan tulisan dan bacaan yang panjang-panjang,” ujar Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, kepada Republika.co.id, Rabu (29/3/2023).

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Selain itu, kata dia, pelajaran berhitung dalam buku kelas 1 SD juga sudah rumit. Rento memberikan contoh berupa sudah adanga pengurangan dengan angka-angka yang cukup besar. Dia menilai, hal tersebut dapat membuat anak bingung dengan istilah-istilah dalam berhitung.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Dengan disimpan angkanya atau pinjam ke angka sebelahnya yang puluhan atau yang ratusan. Ini PR yang harus juga dipertimbangkan, buku-buku teks SD kelas 1 seharusnya sejalan dengan kebijakan ini,” tegas dia.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Retno juga mengatakan, apabila ada SD yang melakukan tes calistung dalam PPDB, maka satuan pendidikan itu telah melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dab Permendikbudristek Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Legislator Harap Kurikulum Merdeka Hadirkan Pendidikan Lebih Baik  

“Umumnya tes calistung dilakukan oleh sekolah berbasis masyarakat atau SD swasta, karena untuk SD negeri atau sekolah milik pemerintah ketentuannya sangat jelas, yaitu seleksi menggunakan usia anak, hanya itu,” kata Retno.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Menurut dia, calistung semestinya dimulai ketika anak berusia tujuh tahun atau saat anak memasuki usia SD. Karena itu, dia menilai menerapkan tes calistung ketika anak mau mendaftar SD tidaklah tepat. Umumnya, anak-anak baru bisa fokus untuk belajar hitung-hitungan ketika mereka memasuki usia enam atau tujuh tahun.

Di samping itu, dia juga mengatakan, calistung merupakan pembelajaran dasar yang perlu anak pahami sejak dini guna memermudahnya menerima pelajaran-pelajaran di masa depan. Dengan calistung, anak akan diajarkan untuk mengenal huruf dan angka. Namun, harus berhati-hati saat mengajarkan calistung pada anak dengan mengajarkan sesuai porsinya.

“Orang tua disarankan untuk menghindari mengajarkan calistung pada si Kecil terlalu berat. Sebab, hal tersebut dapat mengganggu mentalnya,” kata dia.

Selain menghapuskan tes calistung untuk masuk ke SD, Merdeka Belajar Episode ke-24 juga menargetkan satuan pendidikan di PAUD dan SD/MI/sederajat untuk perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.

Berita Lainnya:
Kemendikbudristek: Semangat Berbagi Jadi Bagian Penting Kurikulum Merdeka  

Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menyampaikan, pihaknya sudah melakukan penyesuaian lewat Kurikulum Merdeka untuk menunjang hal tersebut, termasuk buku teks. “Di dalam Kurikulum Merdeka sudah tidak ada lagi asumsi bahwa anak itu bisa calistung pada saat dia masuk SD,” ujar Nadiem dalam pemaparannya terkait Merdeka Belajar Episode ke-24 yang disiarkan secara daring, dikutip Rabu (29/3/2023).

Nadiem memberikan contoh perubahan capaian pembelajaran yang ada pada Kurikulum Merdeka dengan dibandingkan dengan kurikulum lama. Untuk bahasa Indonesia misalnya, di kurikulum lama disebutkan capaian pembelajarannya adalah mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindera. Hal itu, menurut Nadiem, kaku dan sangat detil.

Di Kurikulum Merdeka, kata dia, capaian pembelajaran untuk bahasa Indonesia adalah peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang dewasa di sekitar dirinya. Dia menjelaskan, perubahan capaian pembelajaran serupa itu dilakukan untuk memenuhi enam fondasi yang perlu dimiliki oleh anak.

Contoh lain yang dia berikan terkait dengan pelajaran matematika. Di kurikulum lama capaian pembelajaran sangat spesifik, seperti anak harus bisa mengurai sebuah bilangan asli sampai dengan 99 dan lain sebagainya. Menurut Nadiem, hal itu membuat anak lebih didorong untuk menghapal, bukan memahami intuisi bilangan.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi