Senin, 06/05/2024 - 09:18 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Minimnya Ketersediaan Air Bersih Lahirkan Musim Lapar di Sumba

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Aktivis sosial Franky Banfatin mengatakan bahwa musim lapar yang terjadi akibat minimnya ketersediaan air bersih di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian khusus dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. “Saat kami ke Sumba, ternyata di sana ada namanya musim lapar, yang muncul akibat kemarau yang cukup panjang selama Bulan April-November. Di daerah yang kering seperti Sumba, dengan musim kemarau panjang dan ketersediaan air bersih yang terbatas, dampaknya akan lebih panjang dari yang kita pikirkan,” kata Franky saat jumpa pers lari sehat 6K untuk air bersih Sumba di kantor Wahana Visi Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (9/5/2023).

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Franky mengatakan, selain kurangnya ketersediaan air bersih, masyarakat Sumba juga belum sepenuhnya mendapatkan akses ke listrik. “Ketika tidak ada aksesnya, maka akan berdampak pada kehidupan sosial. Anak-anak tidak bisa belajar dengan maksimal, ada risiko terjadi pencurian juga, apalagi kalo itu terjadi ketika masa kering. Jadi memang banyak risiko ketika air tak bisa dikonsumsi dengan baik oleh anak, banyak sekali lapisan yang bisa kena dampak,” tutur Franky.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
Berita Lainnya:
New York Kembalikan 30 Relief Patung yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja, Termasuk Peninggalan Majapahit
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa hal ini juga akan berdampak pada sektor mata pencaharian, karena sebagian besar masyarakat Sumba mencari nafkah dengan bertani, berladang, dan beternak. “Jadi kalau tidak ada air bersih, itu juga akan berpengaruh ya pada pendapatan mereka,” ujar Head of Social Impact and Sustainability Wahana Visi Indonesia ini.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Kurangnya air bersih ini juga turut menyumbang peningkatan kasus balita kurang gizi di NTT yang menjadi provinsi dengan prevalensi stunting paling tinggi di Indonesia, yakni 44,9 persen. Senada dengan Franky, aktivis sosial Tara Dermawan juga menuturkan pengalamannya saat melihat dan merasakan langsung kehidupan di Sumba.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

“Saat ke Sumba, selain diskusi sama warga, aku juga sempat mengunjungi salah satu rumah warga yang punya kebun gizi. Jadi setiap tetangga yang mau makan, bisa ambil dari kebun gizi. Dipetik, dicuci, direbus, nah di situ kita masak-masak bersama, tetapi sayangnya, kebun gizi ini banyak yang gagal panen karena kekurangan air,” kata Tara.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
dr Boyke Kisahkan Pasien Kelas 2 SMP yang Hamil namun Masih dalam Keadaan Perawan, Ini Penyebabnya

Tara juga berkisah bahwa dirinya pernah berdiskusi dengan salah satu warga dan menghitung pemasukan serta pengeluaran mereka sehari-hari, termasuk untuk air, dimana mereka harus membeli sebesar Rp400-1.000 rupiah untuk satu paket dalam jeriken kecil.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Kita coba hitung pemasukan sama pengeluaran mereka untuk sehari-hari termasuk air, itu tuh sampai minus,” ujar Tara.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Ia menuturkan, masyarakat Sumba lebih memprioritaskan untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari. “Jadi masalah prioritas juga sih, uang itu lebih banyak untuk makanan, jadi sering kali mereka tidak minum kalau tidak haus, sementara kebutuhan air untuk tubuh itu kan penting banget ya,” katanya.

Tara yang mengaku telah mengikuti kampanye air bersih untuk Sumba sejak dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), merasa bahwa fokus pada ketersediaan air bersih ini penting bagi kelangsungan hidup anak-anak di masa mendatang.

“Karena air adalah sumber kehidupan, mulai dari tanaman, anak-anak, semua orang butuh air. Air jadi salah satu yang harus diprioritaskan untuk masyarakat Sumba,” katanya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi