“Erdogan belum tentu tunduk pada Barat,” kata Yasser Louati, seorang analis politik Prancis.
“Barat menyukai rezim boneka. Mereka menyukainya ketika para pemimpin asing tunduk pada kepentingan mereka dan meniru nilai-nilai mereka,” kata Louati.
Misalnya, dia mencontohkan, Prancis tidak senang ketika Pemerintah Turki mencabut larangan perempuan mengenakan jilbab di sekolah dan universitas pada tahun 2000-an. Hal itu hasil kebijakan Erdogan semasa memimpin.
Di bawah Erdogan, Ankara tidak segan-segan meregangkan otot diplomatik dan militernya di wilayah tersebut. Dari Suriah, Libya, hingga Mediterania timur, Turki telah muncul sebagai pemain utama, dan berani berhadapan dengan negara Barat. Hal itu tentu tidak disukai Barat.
Baca: Erdogan Unggul di Pilpres Turki, Partai Koalisinya Menang Telak di Parlemen
Sumber: Republika