Jumat, 26/04/2024 - 16:17 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Keren, Cek Kesehatan Hewan Kurban Pakai Barcode

ADVERTISEMENTS

 DEPOK—Pedagang hewan kurban jenis sapi di Depok, Jawa Barat menggunakan barcode untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan sehingga para konsumen merasa nyaman.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Sapi Bali ada barcode itu bisa diketahui sudah divaksin atau belum. Sapi Bali satu surat satu sapi,” kata pedagang sapi kurban Hendra Shogir di Depok, Selasa.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Menurut dia, sapi Bali bagus untuk hewan kurban karena data kesehatan sapi tersebut lengkap karena satu sapi satu surat yang sudah terdata dalam barcode.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Sekarang ada barcodenya. Ke luar dari pulau itu wajib divaksin. Ada barcode menandakan vaksin 1 dan 2 sudah. Surat-suratnya tercantum di dalam barcode bisa diketahui asal sapi, usia sapi. Sapi yang datang dari luar pulau wajib divaksin,” jelasnya.

ADVERTISEMENTS

Ia mengatakan sebagai pedagang hewan kurban terus melakukan antisipasi dan pencegahan dari penyakit hewan kurban. Untuk itu pihaknya terus meningkatkan pengawasan agar terhindar dari penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit lumpyskin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol menjelang Idul Adha 1444 H.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Tiga Orang Meninggal Dunia Akibat Banjir Lahar Dingin dan Longsor Lumajang

“Sudah kami antisipasi, kami menjual hewan kurban mengedepankan kualitas sapi yaitu kesehatan untuk pembeli hewan kurban. Karena dagingnya dikonsumsi banyak orang,” katanya.

Mengantisipasi penyakit LSD dan PMK sapi, Hendra Shogir berinisiatif untuk mencegah sejak membeli sapi dari Bali hingga tiba di kandang.

Hendra bersama asosiasi peternak sapi membeli vaksin untuk pencegahan LSD secara mandiri di Australia.

“Vaksin ini untuk kekebalan tubuh. Kami beli secara mandiri dan bareng tidak dibiayai oleh pemerintah. Sapi Bali yang kami beli tentunya melalui proses karantina dan sudah divaksin,” tutur Hendra.

Ia melanjutkan sapi yang terkena penyakit LSD dagingnya tidak bisa dikonsumsi karena mengandung racun hal itu berdasarkan hasil penelitian asosiasi peternak sapi.

“Virus itu kan sifatnya menular, tapi tidak masif seperti PMK. Penyakit PMK tidak menimbulkan ekonomi besar, daging sapinya masih bisa dikonsumsi. Kalau sapi terkena penyakit LSD dagingnya seperti sulit dikonsumsi banyak racun di tubuhnya,” tuturnya.

Penyakit LSD sudah ditemukan di beberapa daerah. Bahkan ia telah menemukan sapi terkena penyakit LSD di Kota Depok.

Berita Lainnya:
Akbar Faizal Protes Keras Nadiem yang Cabut Aturan Pramuka Sebagai Ekskul Wajib di Sekolah

Ia mengatakan ciri-ciri sapi terjangkit LSD yaitu tubuh sapi berbenjol seperti ‘lato-lato’ dan nafsu makan berkurang atau tidak mau makan dan mengalami demam.

“LSD ini bukan kejadian luar biasa. Tapi kami sebagai penjual hewan kurban mengantisipasi dan mencegah penyakit LSD dan PMK,” ujarnya.

“Alhamdulillah belum lama ini petugas Kementan datang ke kandang saya hasilnya hewan kurban jualan saya bagus dan negatif penyakit LSD dan PMK,” ungkap Hendra.

Selain pemberian vaksin pria yang akrab disapa Hendra Shogir ini menambahkan pencegahan dan mengantisipasi penyakit PMK dan LSD kebersihan kandang harus terjaga. “Pemberian vitamin dan obat-obatan perlu, terutama vaksin untuk pencegahan penyakit,” ungkap Hendra Shogir.

Hendra Shogir menyarankan bagi masyarakat yang ingin membeli sapi untuk dijadikan hewan kurban saat Idul Adha 1444 H harus memastikan kesehatan hewan kurban.

“Pastikan kondisi sapi sehat dan sudah dapat rekomendasi dari dinas setempat,” kata Hendra Shogir.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi