Sabtu, 04/05/2024 - 15:25 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pelestarian Ekosistem Gambut demi Mencapai Tujuan Iklim Global

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan kegiatan melestarikan ekosistem lahan gambut sangat penting untuk mencapai tujuan iklim global. Sebab, gambut mampu menyimpan karbon dengan jumlah besar.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Haruni Krisnawati mengatakan, meski gambut hanya mencakup sekitar 3 persen hingga 4 persen dari permukaan tanah planet ini, tapi mengandung hingga sepertiga atau 30 persen–40 persen karbon tanah dunia. Angka itu dua kali jumlah karbon yang ditemukan di hutan dunia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Sekitar 12 persen lahan gambut saat ini telah dikeringkan dan terdegradasi. Kondisi itu berkontribusi terhadap 5 persen emisi gas rumah kaca global yang disebabkan oleh manusia,” ujar Haruni.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Lahan gambut merupakan ekosistem penting bagi keanekaragaman hayati sekaligus menjadi solusi alam yang efektif dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Indonesia memiliki 13,4 juta hektare lahan gambut yang setara dengan 80 persen dari total lahan gambut di Asia Tenggara. Keberadaan gambut di Indonesia menyimpan 14 persen karbon gambut global.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
TKN Imbau Pendukung Prabowo-Gibran tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan

Dengan demikian, perlindungan dan restorasi gambut tidak hanya berperan untuk target iklim nasional, tetapi juga untuk mitigasi perubahan iklim secara global. Pemerintah Indonesia terus berupaya dan berkomitmen menekan degradasi dan deforestasi lahan gambut terhitung dalam lima tahun terakhir. Lahan gambut yang terdegradasi itu diakibatkan oleh kebakaran berulang dan drainase di kawasan lahan gambut yang dilindungi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Sebagai bentuk komitmen bersama menekan degradasi dan deforestasi lahan gambut, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menerapkan strategi 3R berupa rewetting, revegetation, and revitalization.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Kepala Pokja Teknik Restorasi Agus Yasin menjelaskan, rewetting adalah pembasahan kembali area gambut dengan pembangunan sekat kanal, pembangunan sumur bor, dan upaya lain yang mendorong basahnya lahan gambut. Sementara revegetation adalah penanaman kembali melalui persemaian, penanaman, dan regenerasi alami. Sedangkan, revitalization adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertanian, perikanan, dan ekowisata.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
Terbaru Ridwan Kamil hingga Bobby Nasution, Ini Daftar Bacagub Golkar untuk Pilkada 2024

“Strategi 3R tersebut diharapkan dapat mengurangi angka kebakaran hutan dan lahan di daerah Indonesia yang memiliki lahan gambut,” kata Agus.

Manajer senior Karbon Hutan dan Iklim dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Nisa Novita memandang bahwa pembasahan kembali area gambut dapat menghemat biaya dalam mencapai target penurunan emisi karbon nasional. Pembahasan kembali lahan gambut melalui pembuatan sekat kanal di perkebunan sawit pada lokasi penelitian di Kalimantan Barat dapat mengurangi sepertiga dari emisi karbon dioksida dan tidak berpengaruh pada emisi metana.

“Pada skala nasional, pembasahan gambut berpotensi menyumbang 34 persen terhadap target pengurangan emisi nasional dari sektor forest and other land uses (FOLU),” ungkap Nisa.

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi