Selasa, 30/04/2024 - 12:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Derajat Raja Jadi Budak karena Syahwat

ADVERTISEMENTS

Mahkota Raja (Ilustrasi).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaihul Ibad menjelaskan bahwa seorang raja derajatnya bisa menjadi budak karena tidak mampu mengendalikan syahwatnya. Sementara seorang budak atau pelayan bisa memiliki derajat seorang raja karena kesabarannya dan kemampuannya mengendalikan syahwat.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Sesungguhnya syahwat dapat menurunkan derajat seorang raja menjadi budak. Kesabaran dapat mengangkat derajat seorang pembantu menjadi raja. Lihatlah kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha.”

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Syekh Nawawi al-Banteni menjelaskan bahwa syahwat adalah keinginan dan kecintaan, padahal orang yang cinta terhadap sesuatu itu akan menjadi budak apa yang dicintainya.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Ini Sunnah Nabi di Bulan Syawal yang Pasti Disukai Kaum Jomblo

Kesabaran adalah ketabahan, dengan kesabaran seseorang akan dapat mencapai yang dicita-citakannya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Dalam kisah Nabi Yusuf, Zulaikha seorang permaisuri raja tertarik kepada Nabi Yusuf yang saat itu statusnya sebagai seorang pembantu. Dengan kesabaran yang dimiliki Nabi Yusuf, dia dapat mengatasi segala bujuk rayu dan tipu muslihat Zulaikha.

Pada akhirnya, Nabi Yusuf yang semula hanya seorang pembantu, dapat menjadi raja. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.

Syekh Nawawi al-Banteni juga menjelaskan orang yang selalu dalam bimbingan akal sehatnya layak berbahagia. Sementara, orang yang akalnya terkekang dan hawa nafsunya mengambil alih perilakunya akan celaka.

Berita Lainnya:
Kisah Sahabat Nabi yang Jenazahnya Dimandikan Malaikat

“Berbahagialah orang yang selalu dalam bimbingan akalnya dan hawa nafsunya selalu dalam kendalinya. Celakalah orang yang selalu dikendalikan oleh hawa nafsunya, sedangkan akalnya diam dan terkekang.”

Orang yang mengutamakan akal ketimbang hawa nafsu maksudnya adalah orang yang selalu mengikuti kehendak akalnya yang lurus. Sementara nafsunya enggan melakukan segala apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan syara’ (tuntutan dari Allah).

Orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya, akalnya terkekang. Maksudnya adalah orang yang akalnya tidak lagi berfungsi untuk bertafakur kepada Allah dan lebih mengutamakan kehendak hawa nafsunya.

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi