Rabu, 01/05/2024 - 07:27 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Kekerasan Paksa Ribuan Muslim India Hengkang dari Pusat Bisnis

ADVERTISEMENTS

NEW DELHI — Warga, polisi dan kelompok komunitas mengatakan lebih dari 3.000 muslim penghasilan rendah meninggalkan pinggir pusat bisnis New Delhi bulan ini. Mereka menghindari bentrokan muslim-hindu dan serangan sporadis yang mengincar mereka.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Toko-toko dan warung milik atau dikelola muslim dan rumah mereka di dua pemukiman kumuh digembok setelah peristiwa yang menewaskan tujuh orang dalam bentrokan di distrik Nuh dan Gurugam di Negara Bagian Haryana pekan lalu. Haryana bersebelahan dengan ibukota India.  

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Kekerasan dimulai pada 31 Juli lalu setelah prosesi keagamaan Hindu yang digelar kelompok satu ideologi dengan partai berkuasa Partai Bharatiya Janata (BJP) diserang dan sebagai balasan sebuah masjid diserang. Polisi meredakan kerusuhan setelah 48 jam.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Namun serangan-serangan kecil ke warga muslim berlanjut selama berhari-hari. Menakuti keluarga yang pindah ke pusat perkotaan baru Gurugram. Pusat bisnis itu lokasi dari 250 kantor 500 perusahaan Fortune.

ADVERTISEMENTS

Pelemparan baru, pembakaran dan vandalisme terhadap dua masjid di dua distrik kumuh memaksa ratusan keluarga muslim meninggalkan rumah petak satu kamar mereka. Saksi mata mengatakan keluarga-keluarga itu mencari penampungan sebentar di stasiun sebelum pergi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Pemimpin Parlemen Minta Inggris Tiru Iron Dome Israel

“Banyak dari kami yang menghabis satu malam di peron kereta karena lebih aman di sana,” kata penjahit yang terpaksa pulang ke kampung halamannya di timur Negara Bagian Bihar, Raufullah Javed, Kamis (10/8/2023).

Presiden Dewan Teologi Muslim India (Jamiat-Ulema-e-Hind) Gugugram Mufti Mohammed Salim memperkirakan lebih dari 3.000 muslim hengkang dari distrik Gurugram usai kerusuhan.

Empat penjaga toko muslim juga pulang ke desa mereka di timur India mengatakan anggota kelompok hindu garis keras menginterogasi mereka mengenai bisnis dan keluarga mereka.

“Sekelompok pria Hindu dalam jumlah banyak datang dan mulai bertanya berapa banyak uang yang saya hasilkan,” kata tukang potong rambut Shahid Sheikh yang melarikan dari desa Tigra, rumah bagi 1.200 keluarga muslim.

“Banyak muslim yang memutuskan yang terbaik saat ini adalah pergi,” kata Sheik.

Berita Lainnya:
Pasukan Jepang akan Ditempatkan di Filipina Cegah Pengaruh China

Ia menambahkan beberapa pemilik toko Hindu mengusir muslim yang menyewa tokonya.

Ketegangan antara masyarakat mayoritas Hindu dan minoritas muslim memanas karena masalah makan sapi dan pernikahan lintas-agama. Muslim mengatakan mereka semakin diincar aktivis Hindu sejak pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa.

Pemimpin BJP mengatakan bentrokan antara dua komunitas juga pernah pecah di masa lalu dan menjadi semakin jarang saat mereka berkuasa.

Gurugram yang sebelumnya dikenal Gurgaon dihuni 1,5 juta orang. Google, American Express, Dell, Samsung, Ernst & Young dan Deloitte berkantor di sana.

Kepolisian Haryana mengatakan mereka menangkap 200 pria dari kedua belah pihak yang terlibat dalam kekerasan. Sejumlah muslim yang melarikan diri sudah kembali.

Menteri Dalam Negeri Haryana Anil Vij mengatakan ia menerima laporan sejumlah muslim pergi. Tapi kini situasinya sudah terkendali.

“Tidak ada yang meminta mereka pergi dan kami memberikan keamanan penuh pada semua area pemukiman sensitif,” katanya.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi