Selasa, 30/04/2024 - 00:59 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Melihat Sisi Baik Kampanye di Lembaga Pendidikan

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Kampanye di lembaga pendidikan memang masih menuai pro dan kontra. Walau perlu pembatasan dan pengawasan, Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) merasa, kebijakan tersebut memiliki beberapa sisi baik.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Koordinator KISP, Moch Edward Trias Pahlevi menilai, kampanye politik di lembaga pendidikan dapat membantu mendorong kontestasi yang lebih substansial. Khususnya, di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Apalagi, selama ini kampanye kandidat tidak jauh dari memperbanyak publikasi citra diri, panggung-panggung hiburan maupun orasi politik. Itupun, sebagian besar bisa dibilang hanya diisi jargon-jargon kosong.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Dengan adanya keterlibatan mahasiswa di perguruan tinggi dapat menjadi oase dalam penyediaan wadah pemilih muda untuk berekspresi dan beradu argumen, serta bebas nilai,” kata Edward kepada Republika, Ahad (3/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Keluarga Lettu Agam Angkat Bicara Terkait Dugaan Perselingkuhan

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sebab, ia mengingatkan, ruang-ruang adu perspektif dan pengujian gagasan kandidat selama ini jarang ada. Debat publik yang digelar penyelenggara pemilu lebih kepada formalitas dan panggung orasi kandidat-kandidat.

Selain itu, Edward melihat, selama ini tidak ada debat publik resmi yang mengadu gagasan calon legislatif dan calon kepala daerah. Ruang publik ini bisa mendorong adanya ruang kesetaraan antara pemilih dan kandidat.

Edward berharap, terbangunnya inklusivitas tersebut dapat mendorong kontestasi yang lebih substansial. Artinya, ide dan gagasan tentang Indonesia ke depan dapat dirembuk setara antara pemilih dan kandidat.

“Selama ini, partisipasi pemilih dipandang kaku sebatas keterlibatan mereka mencoblos. Padahal, partisipasi generasi muda dalam proses kontestasi dan pasca kontestasi tidak kalah penting,” ujar Edward.

Berita Lainnya:
Disdukcapil Pekan Ini Mulai Nonaktifkan Warga KTP DKI tak Sesuai Domisili

KISP sendiri sudah menyampaikan beberapa rekomendasi terkait kampanye di lembaga pendidikan. Pertama, KPU diminta membuat petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang jelas untuk hindari penyalahgunaan dan politisasi.

Kedua, Bawaslu dan seluruh elemen masyarakat harus memastikan kampanye berjalan sesuai prinsip demokrasi dan aturan yang berlaku. Ketiga, perlu batasan perhatian khusus untuk kampanye di lingkungan sekolah menengah.

Keempat, kebijakan kampanye perlu diatur bersama perguruan tinggi agar dapat meningkatkan kontestasi yang substansial. Kelima, selain larangan atribut, KPU perlu memberi batasan metode kampanye yang dibolehkan.

Terakhir, KISP mendorong kampanye di lembaga pendidikan tidak cuma fokus ke capres-cawapres. Tapi, mengakomodir dialog civitas akademika dan jadi arena perdebatan yang substantif caleg, parpol dan calon kepala daerah. 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi