Kamis, 02/05/2024 - 21:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Waduh, Merasa Insecure Saat Kerja Bisa Picu Kematian Dini

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA – Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa job insecurity dapat memicu risiko kematian dini yang lebih tinggi. Job insecurity diartikan sebagai ketidakamanan dalam pekerjaan, bisa berupa kontrak kerja yang pendek, gaji rendah, hingga terlalu lama menganggur, yang kemudian menimbulkan stres serta kecemasan.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pada saat job insecurity meningkat di banyak negara, sebuah tim peneliti berinisiatif untuk menyelidiki dampak dari kondisi-kondisi yang tidak menentu ini terhadap risiko kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Karolinska Institutet di Swedia ini didasarkan pada data registrasi dari lebih dari 250 ribu pekerja Swedia yang berusia antara 20 dan 55 tahun, yang dikumpulkan antara tahun 2005 dan 2017.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Mereka semua pernah mengalami kondisi kerja yang tidak aman, sebelum akhirnya mendapatkan kondisi kerja yang lebih stabil. Diterbitkan dalam Journal of Epidemiology and Community Health, temuan para peneliti menunjukkan bahwa ketidakamanan kerja dapat meningkatkan risiko kematian dini.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Langit Planet Ekstrasurya Menghujani Besi dan Menciptakan Efek Seperti Pelangi
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa perubahan pekerjaan yang tidak menentu ke pekerjaan yang aman, dapat mengurangi risiko kematian. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa risiko kematian dini akan lebih tinggi jika seseorang tetap bekerja tanpa kontrak kerja yang aman,” kata Theo Bodin, asisten profesor di Institute of Environmental Medicine Karolinska Institutet, seperti dilansir Malay Mail, Jumat (8/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Secara lebih rinci, para partisipan yang berada dalam situasi yang tidak menentu mengurangi risiko kematian dini sebesar 20 persen dengan beralih ke pekerjaan tetap, yang lebih terjamin. Pengurangan ini bahkan meningkat menjadi 30 persen bagi mereka yang memilih bertahan pada pekerjaan tetap selama 12 tahun.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Selain itu, para peneliti menunjukkan bahwa hasil ini valid terlepas dari apa yang mungkin terjadi dalam kehidupan kerja mereka selanjutnya. “Hasil penelitian ini penting karena menunjukkan bahwa tingkat kematian yang tinggi yang diamati pada pekerja dapat dihindari. Jika kita mengurangi kerentanan di pasar tenaga kerja, kita dapat menghindari kematian dini di Swedia,” kata penulis pertama studi ini, Nuria Matilla-Santander.

Berita Lainnya:
Thailand Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, Ini Panduan Bagi Wisatawan yang Ingin ke Sana

Yang masih harus ditentukan adalah penyebab potensial dari kematian dini yang terkait dengan job insecurity, baik dalam hal kesenjangan sosial, dampak psikologis dari kesulitan finansial, berkurangnya akses ke pelayanan kesehatan, atau gaya hidup yang tidak sehat.

Menurut para peneliti, hal ini akan menjadi bahan penelitian di masa depan. Peneliti optimistis, dengan menggunakan basis data populasi yang besar, mereka dapat memperhitungkan banyak faktor yang dapat memengaruhi kematian, seperti usia, penyakit yang mungkin diderita oleh para pekerja, atau perubahan dalam hidup seperti perceraian. “Karena metode yang kami gunakan, kami dapat relatif yakin bahwa perbedaan dalam kematian disebabkan oleh kerentanan pekerjaan dan bukan karena faktor individu,” kata Nuria Matilla-Santander.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi