Harian Aceh Indonesia menampilkan berbagai iklan online kepada para pengunjung. Mohon dukungannya untuk membiarkan situs kami ini tetap menayangkan iklan dan dijadikan whitelist di ad blocker browser anda.
EDUKASI
EDUKASI

Kemendikbudristek: 92 Bahasa Daerah Direvitalisasi 2024

Ilustrasi bahasa daerah. Kemendikbudristek mengatakan 92 bahasa daerah direvitalisasi 2024.

JAKARTA — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan 92 bahasa sebagai sasaran program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) pada tahun 2024. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz mengatakan angka itu meningkat dari 72 bahasa daerah di 19 provinsi pada 2023.

“Tahun depan kami akan perluas di 92 bahasa daerah dan dialek yang cakupannya di 34 provinsi,” ujar Aminudin, di Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Menurut Aminudin peningkatan jumlah dan cakupan wilayah program RBD 2024 tidak lepas dari kesadaran pentingnya menjaga bahasa ibu di kalangan para pemimpin daerah. Oleh karena itu, program yang sudah berjalan sejak tahun 2021 tersebut mendapatkan dukungan yang optimal.

Berita Lainnya:
Jokowi: Saya Kaget Tingkat Stres Guru Lebih Tinggi dari Pekerjaan Lain

Aminudin menambahkan, pihaknya tetap menerapkan tiga pendekatan dalam program RBD 2024, yakni Model A, B, dan C. Model A dikhususkan bagi bahasa daerah dengan karakteristik masyarakat yang homogen, sehingga pembelajaran yang diterapkan melalui lembaga formal, seperti Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa.

 

Model B diimplementasikan di wilayah dengan karakteristik penduduk yang heterogen, dengan pendekatan melalui mata pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum, serta menggaet komunitas pecinta bahasa untuk menyosialisasikan program tersebut kepada para penutur muda.

Berita Lainnya:
ITB Siapkan Sanksi Berat Hingga Pemberhentian Bagi Mahasiswi Joki Tes CPNS

Adapun untuk Model C, diterapkan di daerah yang penutur bahasanya sangat rendah, seperti Papua, Maluku, dan daerah timur lainnya. Sehingga konsep pembelajaran yang diterapkan berbasis komunitas.

“Model C ini untuk penutur yang sedikit, misalnya Papua, Maluku, dan daerah timur lainnya. Maka intervensi pembelajarannya bila memungkinkan di sekolah, tapi kalau tidak, berbasis komunitas,” ujar Aminudin.

 

sumber : Antara

Sumber: Republika

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Click to Hide Advanced Floating Content

Click to Hide Advanced Floating Content