Jumat, 17/05/2024 - 04:12 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Kemenkes: Studi Epidemiologis Mikroplastik pada Kesehatan Masih Minim

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) memperlihatkan air sungai yang terdapat mikroplastik dengan menggunakan mikroskop di kawasan Ujung Pancu, Aceh Besar, Aceh, Kamis (2/6/2022) (ilustrasi).

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut studi epidemiologis soal mikroplastik masih sangat minim sehingga dampaknya pada kesehatan manusia belum dapat diketahui secara pasti.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Bahaya mikroplastik bagi manusia belum jelas. Studi epidemiologis terkait mikroplastik relatif sedikit,” kata Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes Anas Ma’ruf di Jakarta, Jumat (6/10/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

Anas menuturkan minimnya penelitian juga terjadi di Indonesia, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti dampak buruk dari mikroplastik pada tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan paru-paru serta penderita komorbid seperti asma atau sistem imun.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Sejauh ini, hampir semua studi tentang toksisitas mikroplastik menggunakan model eksperimental dengan dosis mikroplastik yang tinggi. Dampak toksisitas tersebut antara lain stres oksidatif, gangguan metabolisme, gangguan respon imun, gangguan syaraf, serta gangguan reproduksi dan perkembangan.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Jokowi: Kekurangan Dokter Spesialis di Daerah Jadi PR Besar

Anas mencontohkan ada satu penelitian yang melaporkan bahwa dampak tersebut, lebih mungkin terjadi pada pekerja di pabrik polimer. Karena berpotensi rentan terkena dampak penyakit pernapasan kronis dari mikroplastik. Sama halnya dengan kondisi di Amerika Serikat, yang memiliki kasus di mana sekelompok karyawan pabrik nilon didiagnosis menderita penyakit paru interstitial yang berhubungan dengan pekerjaan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Berkaca dari sejumlah kasus tersebut, Anas meminta masyarakat mulai mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan untuk mengurangi partikel plastik yang berukuran sangat kecil masuk ke dalam tubuh baik melalui mulut ataupun saluran napas.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Ia turut menganjurkan masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti menggunakan masker bila keluar rumah. Hal ini merupakan bentuk proteksi diri, setelah sebuah tim penelitian asal Jepang mengumumkan bahwa mikroplastik sudah berhasil menembus ke dalam awan pada Selasa (3/10) lalu.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Dengan berpegangan pada kajian-kajian yang sudah ada sebelumnya, Anas menyatakan Kemenkes sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi permasalahan mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat secara umum. Upaya pertama yang digencarkan Kemenkes adalah mendorong pengurangan penggunaan plastik kepada masyarakat. Jajarannya juga memperluas pentingnya pengelolaan sampah dalam masyarakat menggunakan metode reduce, reuse, recycle (3R), melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berupa pengelolaan sampah rumah tangga.

Berita Lainnya:
Kemenkes: Perubahan Iklim 2024 Membuat Kasus DBD di Indonesia Kembali Naik

“Kami juga selalu mengimbau masyarakat untuk segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan bila sakit atau mengalami gangguan kesehatan,” kata Anas.

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi