BEIJING– Harga minyak melonjak lebih dari tiga dolar AS per barel di awal perdagangan Asia pada Senin (9/10/2023). Hal ini karena konflik antara pasukan Israel dan Hamas selama akhir pekan kemarin menimbulkan ketidakpastian politik di Timur Tengah.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Senin (9/10/2023) minyak mentah Brent naik 3,34 dolar AS atau 3,95 persen, menjadi 87,92 dolar AS per barel pada 2320 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada 86,23 dolar AS per barel atau naik 3,44 dolar AS, atau 4,16 persen.
Pejuang Hamas pada Sabtu (7/10/2023) melancarkan serangan militer terbesar terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir sehingga menewaskan ratusan warga Israel dan memicu gelombang serangan udara balasan Israel di Gaza yang berlanjut hingga Ahad (8/10/2023).
Letusan konflik mengancam akan menggagalkan upaya AS untuk menengahi pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Israel. Kerajaan Saudi dikabarkan akan menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai imbal balik kesepakatan pertahanan antara Washington dan Riyadh. Normalisasi hubungan Saudi-Israel kemungkinan akan membekukan langkah-langkah menuju perdamaian antara Arab Saudi dan Iran.
“Meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah akan mendukung harga minyak, volatilitas yang lebih tinggi dapat diperkirakan terjadi” kata Analis dari ANZ Bank.
Serangan pejuang Hamas ke Israel mendapat kecaman dari negara-negara Barat, tapi secara terbuka dipuji oleh Iran dan Hizbullah. Perhatian pasar beralih pada kemungkinan keterlibatan Iran dalam serangan tersebut. Tudingan serupa kepada Iran juga telah disampaikan oleh pihak berwenang Israel.
“Jika negara-negara Barat secara resmi menghubungkan intelijen Iran dengan serangan Hamas, maka pasokan dan ekspor minyak Iran akan menghadapi risiko penurunan,” Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar.
sumber : Reuters
Sumber: Republika