Sabtu, 18/05/2024 - 02:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Hewan Amfibi Jenis Ini Terancam Punah di Bumi, Apa Penyebabnya? Ini Kata Peneliti

JAKARTA — Hewan katak, salamander, dan caecilian menjadi kelompok vertebrata paling terancam keberadaannya di bumi. Berdasarkan penilaian global terbaru, lebih dari 40 persen spesies amfibi kini terancam punah.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

“Amfibi punah lebih cepat daripada yang bisa kami pelajari, namun ada banyak alasan untuk melindungi mereka, termasuk peran mereka dalam pengobatan, pengendalian hama, mengingatkan kita akan kondisi lingkungan, dan membuat planet ini lebih indah,” kata ahli ekologi Re:wild Kelsey Neam, dilansir Sciencealert, Rabu (11/10/2023). 

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Meskipun penyakit dan hilangnya habitat mendorong lebih dari 90 persen penurunan populasi amfibi sebelum tahun 2004, ada penyebab utama baru di kota ini. Yaitu, perubahan iklim.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

Dampak perubahan sistem cuaca dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan kini menyebabkan 39 persen penurunan jumlah kelompok hewan purba ini. Tidak jauh di belakang, yakni sebesar 37 persen, hilangnya habitat masih tetap tinggi meskipun para ilmuwan lingkungan telah mengajukan permohonan selama puluhan tahun untuk melindungi hewan yang sering menyerang dan tidak biasa ini.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Teleskop Luar Angkasa James Webb Tangkap Detail Horsehead Nebula yang Belum Pernah Tampak

Ahli zoologi Universitas Oxford, Jonathan Baillie, yang bukan bagian dari studi baru ini, pada 2018, mengatakan spesies ini adalah indikator awal kondisi buruk. Mereka sangat sensitif terhadap faktor-faktor seperti perubahan iklim dan polusi, yang menyebabkan kepunahan, dan merupakan peringatan keras akan hal-hal yang akan datang. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Jika kita kehilangan mereka, spesies lain pasti akan mengikuti,” ujar Baillie. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Aktivis lingkungan hidup Re:wild Jennifer Luedtke dan rekannya menilai 8.011 spesies amfibi untuk memperbarui status mereka ke Daftar Merah Spesies Terancam Punah dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Penilaian sebelumnya dilakukan pada 2004.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Sayangnya, situasinya semakin memburuk sejak saat itu. “Jumlah kepunahan amfibi yang diketahui bisa mencapai 222 selama 150 tahun terakhir jika semua spesies [sangat terancam punah (kemungkinan punah)] benar-benar punah,” jelas para peneliti dalam makalah mereka. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Katak harlequin Chiriqui (Atelopus chiriquiensis) dan katak siang bermoncong tajam (Taudactylus acutirostris) menurun drastis pada tahun 1990-an karena penyakit jamur, chytridiomycosis. Sementara itu, Craugastor myllomyllon dan Pseudoeurycea exspectata terakhir terlihat pada tahun 1970-an dan diperkirakan telah musnah akibat ekspansi pertanian.

Berita Lainnya:
Akibat Menu Makan Tak Seimbang di Pengungsian, Korban Erupsi Gunung Ruang BAB Berdarah

Selain itu, penyakit dan polusi juga menyebabkan kelainan bentuk yang aneh pada beberapa spesies, sementara amfibi lainnya juga menghadapi ancaman manusia lainnya seperti perburuan liar. Kini, dampak kebakaran yang lebih sering dan merusak serta berkurangnya kelembaban tanah telah menimpa lima spesies salamander di AS.

Penurunan curah hujan di daerah tropis basah di Australia dan Brasil diperkirakan akan berdampak pada perkembangbiakan katak. Sementara hewan amfibi yang hidup di pegunungan di Venezuela hanya bisa mendaki setinggi itu untuk mengikuti perubahan iklim. 

Luedtke dan timnya memperingatkan dampak sebenarnya mungkin masih diremehkan. Namun informasi yang mereka kumpulkan dapat membantu upaya konservasi. 

 

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi