Kamis, 02/05/2024 - 09:06 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Bencana Alam Ternyata Bisa Ganggu Hormon Tubuh, Ini Penjelasan Ilmiahnya

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Bencana alam bisa merenggut banyak hal dalam hidup manusia, seperti harta, tempat tinggal, bahkan nyawa. Hal yang belum diketahui sebelumnya, bencana alam rupanya juga dapat berdampak pada sistem hormonal dalam tubuh penyintasnya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sebuah studi terkini telah membuktikan hal itu, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Dikutip dari laman Popular Science, Rabu (25/10/2023), tim peneliti dari lintas universitas di Amerika Serikat meninjau kondisi penyintas bencana alam.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Para penyintas yang diteliti kondisinya adalah yang selamat dari tsunami besar di Aceh, Indonesia, pada Desember 2004. Bencana itu telah menewaskan lebih dari 230 ribu orang, dan banyak dari mereka yang selamat melaporkan gejala stres pasca-trauma. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Namun, dampak kesehatan lainnya yang semula tak terdeteksi masih bertahan hingga satu dekade kemudian. Sebagai bagian dari proyek besar yang bertujuan mensurvei dampak jangka panjang itu, para ilmuwan bergabung dengan kolaborator di Indonesia pada 2018.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Hari Kesiapsiagaan Bencana, Kebutuhan Korban Anak Harus Jadi Perhatian

Mereka mempelajari hormon stres utama, kortisol, para penyintas. Caranya, dengan mengambil sampel molekul dari rambut orang dewasa. Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang selamat dari bencana tsunami memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Menurut para peneliti, itu menandakan sejenis “kelelahan” hormonal sebagai respons terhadap pemicu stres yang berulang. Temuan tersebut menekankan bagaimana trauma akibat bencana alam dan peristiwa cuaca ekstrem dapat berdampak lebih luas terhadap kesejahteraan dan kesehatan si penyintas jauh setelah kejadian awal.

Untuk mendapat hasil itu, tim peneliti mengumpulkan rambut dari setidaknya 600 orang dari komunitas yang terkena dampak parah tsunami Aceh 2004. Bukan berarti tidak ada dampak perubahan kortisol pada laki-laki, namun dalam analisis, dampaknya pada laki-laki tidak signifikan secara statistik.

Sebenarnya, tubuh manusia sangat mahir dalam bereaksi terhadap pemicu stres. Tubuh terus berjuang untuk menjaga keseimbangan sistem biologis setiap kali seseorang menghadapi guncangan atau ancaman baru. Namun, keseimbangan ini ada batasnya.

Berita Lainnya:
Satelit Relai Queqiao-2 China Siap Mendukung Misi Sampel Sisi Jauh Bulan

Dari hasil penelitian tersebut, disebutkan bahwa peristiwa bencana alam dan cuaca yang traumatis dapat memicu gangguan hormon dalam jangka panjang. Tingkat kortisol para penyintas terpengaruh, bahkan lebih dari satu dekade setelah tsunami. Hal yang disoroti adalah pengaturan spesifik poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang mengontrol kadar kortisol dan hormon-hormon lainnya. 

Biasanya, kortisol meningkat sebagai bagian dari respons sehat terhadap pemicu stres, dan turun lagi setelah stres tersebut berlalu. “Namun, ketika dihadapkan dengan tingkat stres yang tinggi secara berulang-ulang, sumbu HPA dapat mengalami “kelelahan”, dan akhirnya tidak mampu meningkatkan respons sehat untuk bereaksi terhadap stres harian dalam jangka panjang,” kata penulis utama studi dari Universitas Harvard, Ralph Lawton. 

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi