Jumat, 03/05/2024 - 14:01 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Soal Pemilu, Psikiater: Dukung Sewajarnya Saja, Supaya Kalau Kalah tidak Sakit Jiwa

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Satu hari lagi, masyarakat Indonesia akan mengikuti Pemilu 2024. Ajang politik lima tahunan ini akan memilih calon presiden dan wakil presiden serta calon legislatif. Di balik semaraknya pemilu, ada beberapa hal yang perlu diwapadai, salah satunya masalah kesehatan jiwa.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Berkaca dari pemilu-pemilu sebelumnya, seusai pemilu, terbuka kemungkinan pihak-pihak mengalami stres dan terganggu kesehatan jiwanya. Misalnya, mulai dari calon legislatif (caleg) yang gagal kemudian stres, penyelenggara pemilu seperti PPK, PPS, KPPS yang kelelahan sehingga menurun kesehatan fisik dan jiwanya, hingga tim sukses dan masyarakat yang terlalu fanatik dengan calon tertentu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Tidak jarang juga terjadi konflik dalam keluarga, serta konflik pertemanan baik di dunia maya maupun dunia nyata. Menjaga kesehatan jiwa agar tetap baik selama proses pemilu adalah hal yang perlu diusahakan bersama,” ucap Psikiater Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, dr Lahargo Kembaren, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/2/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Stres dan masalah kesehatan jiwa sangat mungkin terjadi pada siapa saja setelah Pemilu. Stres bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya pada seseorang, tetapi itu merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang sedang terjadi, dan respons tersebut adalah sesuatu yang sebenarnya bisa dikurasi.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

“Dalam pemilu seperti saat ini, perlu diwaspadai munculnya stres yang dapat terjadi pada paslon, caleg, tim sukses, keluarga, relawan, simpatisan atau masyarakat biasa,” papar dr Lahargo.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Pasangan Pasien Stroke Lebih Berisiko Alami Depresi

Ia menjelaskan ada dua jenis stres. Pertama, stres yang positif (disebut juga eustress) membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Kedua, stres yang negatif (distress) yang menyebabkan munculnya berbagai masalah psikologis yang menyebabkan terganggunya fungsi dan produktivitas.   

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Setiap orang akan memberikan respons stres yang berbeda dalam menghadapi stresor yang terjadi dalam hidupnya. Respons stres ini sebenarnya bertujuan menyelamatkan manusia dan memberikan kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu tantangan. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pada saat stres, tubuh mengeluarkan berbagai hormon seperti kortisol dan adrenalin yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan kuat, meningkatkan aliran darah, mengencangkan otot-otot, dan menyiagakan seluruh panca indra. Ini semua terjadi bertujuan agar tubuh siap menghadapi ancaman atau tantangan yang ada di depan.

“Ini membuat kita kuat berdiri saat presentasi, membuat kita bisa lebih konsentrasi dalam belajar daripada menonton TV, membuat kita berlari lebih kencang dalam sebuah perlombaan. Jadi sebenarnya stres cukup baik juga ya bagi hidup kita,” kata dr Lahargo.

Stres ternyata bisa berdampak negatif apabila terjadi dalam porsi yang lebih besar dan waktu lebih lama, serta kurang baiknya manajemen stres yang dimiliki oleh seseorang. Tidak jarang stres yg berdampak negatif ini berujung pada masalah atau gangguan kejiwaan.

Berita Lainnya:
Dokter Ingatkan Jangan Berkendara Lebih dari Delapan Jam

Dr Lahargo mengatakan sejumlah gejala stres, yang apabila ditemukan gejala-gejala ini, berarti perlu segera melakukan manajemen stres agar terhindar dari masalah kesehatan jiwa yang lebih berat:

1. Gejala kognitif:

a. Masalah memori

b. Sulit berkonsentrasi

c. Membuat keputusan yang buruk

d. Hanya melihat dari sudut pandang yang negatif

e. Rasa cemas terhadap berbagai hal yang terus menerus muncul

2. Gejala fisik:

a. Gatal atau nyeri di berbagai bagian tubuh

b. Diare atau sulit buang air besar

c. Mual dan pusing

d. Nyeri dada dan jantung berdebar

e. Hasrat seksual yang menurun

f. Terasa dingin di ujung jari

3. Gejala emosi: 

a. Mood yang labil

b. Mudah emosi atau marah atau tersinggung

c. Gelisah, tidak bisa tenang

d. Merasa sendirian dan terisolasi

e. Depresi, sedih, perasaan tidak gembira

4. Gejala perilaku:

a. Nafsu makan meningkat atau menurun

b. Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

c. Tidak mau bersosialisasi atau bergaul

d. Menunda-nunda pekerjaan dan tanggung jawab

e. Menggunakan alkohol, merokok, narkoba, untuk mencoba rileks

f. Perilaku cemas seperti menggigit kuku, mondar mandir, melirik kiri kanan

Sementara manajemen stres adalah cara manusia menghadapi dan mengelola stresor yang sedang dihadapi. “Ini dapat dilakukan dengan strategi 4A,” ucap dr Lahargo.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi