Apa saja itu?
1. Avoid (hindari)
Apabila memungkinkan, hindari sumber stresor yang menyebabkan stres. Tidak usah membaca atau mendengarkan berita yang membuat stres, berita politik, hoax, dan lainnya. Lakukan diet media sosial.
2. Alter (ubah)
Apabila tidak bisa menghindarinya maka bisa coba mengubahnya, coba libatkan orang lain dalam menghadapi stresor yang sedang dihadapi, atur prioritas, delegasikan tugas. Bila rasanya terlalu sering dan terlalu berat stres akibat terlibat dalam pemilu, dikurangilah sedikit demi sedikit.
3. Adapt (beradaptasi)
Saat stresor tidak bisa dihindari dan diubah, maka bisa mengatur respon terhadap stresor tersebut ke arah yang lebih positif. Fokus pada hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan dari suatu pekerjaan.
4. Accept (terima)
Belajar untuk menerima suatu keadaan dalam hidup meski itu terasa menyakitkan dan menyedihkan, tetapi itulah bagian warna warni kehidupan manusia. Pelajari hikmah yang didapatkan dari kejadian yang dialami. Hidup tidak selalu menang, berhasil, bahagia, tetapi kalah, gagal dan sedih adalah juga bagiannya.
“Terima apabila kita kalah, salah, atau tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Satu hari yang buruk bukanlah berarti hidup yang buruk, bangkit dan tatap kembali masa depan,” ucap dr Lahargo.
Dia menjelaskan ada dua sikap mental yang dapat dipilih saat menghadapi “tsunami” informasi mengenai berita-berita tentang pemilu yang akan masuk ke dalam hidup. Pertama, reaktif, sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat, tegang, agresif terhadap keadaan yabg terjadi dan menyebabkan kecemasan hingga kepanikan.
Kedua, responsif, sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur, mencari tahu apa yabg harus dilakukan dan memberikan respons yang tepat dan wajar. Ketika seseorang lebih memilih reaktif daripada responsif, maka kehidupan mentalnya akan terpengaruh dan dapat menyebabkan munculnya gangguan cemas (ansietas), agresif, emosi, marah dan berujung pada konsekuensi yang negatif.
“Sementara bila sikap responsif yang dipilih maka kehidupan yang lebih tenang dan terukur akan kita nikmati,” kata dr Lahargo.
Dia mengajak masyarakat menjaga kesehatan jiwa dalam pemilu. “Boleh saja menjadi pendukung pasangan capres, cawapres, dan caleg, lakukan sewajarnya, tidak usah berlebihan. Lakukan dengan segenap hati tapi jangan dengan segenap jiwa. Supaya, kalau jagoanmu kalah, kamu cuma sakit hati dan bukan sakit jiwa. Kesehatan jiwamu jauh lebih penting dari proses dan hasil pemilu,” jelasnya.
Sumber: Republika