Kamis, 02/05/2024 - 13:19 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

HIBURAN

Women from Rote Island, Kisah Pilu Wanita dalam Belenggu Kekerasan Seksual

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Film Women from Rote Island akhirnya pulang ke Tanah Air. Sebelum tayang di Indonesia, film ini telah lebih dulu diputar perdana di 28th Busan International Film Festival.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Film yang berhasil mengantongi sejumlah penghargaan bergengsi ini menyoroti isu yang sangat pelik mengenai kekerasan seksual pada wanita. Women from Rote Island berkisah mengenai seorang ibu bernama Orpa yang baru saja kehilangan suaminya. Dia bersikeras untuk menunda prosesi pemakaman sang suami karena menunggu kepulangan anaknya, Martha. Meski mendapatkan banyak tantangan, Orpa tetap teguh untuk mewujudkan permintaan terakhir dari sang suaminya tersebut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Setelah lama dinanti, Martha yang bekerja sebagai TKI akhirnya bisa pulang ke rumahnya di Pulau Rote. Semua orang menyambut Martha dengan bahagia dan rasa lega karena akhirnya suami Orpa bisa dimakamkan sesuai dengan adat istiadat.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Namun di luar dugaan Orpa, Martha ternyata kembali ke rumah dengan membawa trauma yang mendalam akibat kekerasan seksual yang dia alami ketika menjadi TKI. Trauma ini pun membuat sikap Martha menjadi sulit diprediksi dan memunculkan keresahan di antara warga kampung.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Alih-alih membantu Martha, stigma dan diskriminasi dari warga kampung justru membuat keluarga Orpa semakin terpojok. Orpa yang kini menjadi ibu tunggal harus menghadapi kegetiran demi kegetiran hidup yang seakan tak pernah berpihak kepada dirinya dan anak-anak perempuannya.

Berita Lainnya:
Film dengan Rating Terendah Sepanjang Masa Berdasarkan Skor IMDb

Film Women from Rote Island menyajikan beragam isu yang menyelimuti wanita ketika menghadapi realitas kekerasan seksual di Indonesia Timur. Film ini memberikan gambaran bahwa penegakkan keadilan bagi para korban pelecehan seksual terkadang masih terhadang oleh sistem hukum, kondisi sosial, hingga budaya.

Produser Rizka Shakira mengungkapkan bahwa kebanyakan orang sering kali hanya mendengar soal masalah kekerasan seksual. Ketika suatu masalah hanya didengar, orang-orang mungkin tak bisa benar-benar merasakan kegetiran yang dialami oleh para korban.

“Berbeda dengan kita melihat secara utuh, seperti melalui film ini bisa melihat audio visualnya. Akan lebih sakit dan lebih tertampar. ‘Oh, ternyata korban kekerasan seksual separah ini kalau tidak dilakukan penanganan yang tepat’,” ujar Rizka dalam press screening film Women from Rote Island di Epicentrum XXI, Jakarta.

Selama proses produksi film berlangsung, Rizka mengungkapkan mereka sempat berbincang dengan beberapa komunitas dan mendatangi korban-korban kekerasan seksual. Rizka mengungkapkan bahwa banyak dari mereka yang menerima perlakuan yang tidak adil meski meski menjadi korban.

“Ada yang sampai putingnya dicabut dengan tang. Kami terenyuh. Semoga dengan film ini, kalau bisa, stop kekerasan seksual. Kami masih berlakukan (menyumbangkan) 2,5 persen (pendapatan) untuk korban kekerasan seksual,” ujar Rizka.

Hal senada diungkapkan oleh Jeremias Nyangoen, selaku sutradara sekaligus penulis film Women from Rote Island. Jeremias mengungkapkan bahwa film ini lahir karena rasa sayangnya kepada sang ibu.

Berita Lainnya:
Film Sejarah yang Raih Pujian Sejarawan, Dinilai Akurat dan Detail Hingga Hal Kecil

“Dasarnya karena ibu saya perempuan. Saya sangat sayang sekali sama ibu saya. Saya ingin bikin sesuatu untuk beliau, untuk perempuan, untuk mama-mama, untuk emak-emak,” ujar Jeremias.

Melalui film ini, Jeremias tak hanya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kekerasan seksual. Dia juga ingin mendorong para orang tua agar lebih berperan aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, sehingga dapat melindungi mereka dari risiko menjadi korban kekerasan seksual atau bahkan menjadi pelakunya.

Pemeran Opra dalam film, Linda Adoe, berharap film ini bisa membantu para korban kekerasan seksual untuk bangkit dan berani melawan serta melapor. Linda juga berharap film ini dapat mengingatkan para korban bahwa mereka semua berarti.

“Film ini dipersembahkan untuk kalian semua di luar sana, baik perempuan atau laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual. Film ini untuk kalian. Kami ada untuk kalian,” ujar Linda.

Performa luar biasa

Para aktris dan aktor yang terlibat di film ini mampu menunjukkan performa yang luar biasa dalam menghidupkan karakter mereka. Padahal, tak sedikit dari mereka yang baru pertama kali terlibat dalam proyek layar lebar, seperti Linda dan Irma Novita Rihi yang memerankan Martha.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi