Alexei Navalny
Alexei Navalny yang meninggal di usia 47 tahun pada Februari lalu ingin menjadi presiden Rusia dan kritikus Putin paling vokal di dalam negeri. Pendukung Navalny menuduh Putin membunuhnya di dalam penjara, tuduhan yang dibantah keras Kremlin.
Semasa hidupnya, Navalny menuduh Kremlin menjauhkannya dari dunia politik dengan mengarang berbagai kasus kriminal terhadapnya termasuk penipuan dan ekstremisme untuk memenjarakannya. Navalny juga menuduh Putin meracuninya pada 2020, sesuatu yang dibantah Putin.
Kremlin menganggap Navalny sebagai ekstremis yang didukung AS untuk mengacaukan stabilitas Rusia. Sekutu utama Navalny berada di penjara atau tinggal di luar Rusia.
Istrinya, Yulia, meminta orang-orang Rusia yang mendukung mendiang suaminya untuk datang ke tempat pemungutan suara pada tengah hari tanggal 17 Maret untuk menyatakan perasaan mereka. Di masa lalu Kremlin menyebut seruan semacam itu sebagai “provokasi”.
Boris Nadezhdin
Nadezhdin mencoba maju pemilihan umum dengan kampanye anti-perang tapi pada Februari lalu Komisi Pemilihan Umum Pusat (CEC) mendiskualifikasinya. Nadezhdin mengejutkan sejumlah pengamat karena ia mengkritik perang Rusia di Ukraina yang menurutnya “kesalahan fatal” dan mengatakan akan mengakhirinya melalui negosiasi.
Para kritikus Kremlin mengatakan Nadezhdin bahkan tidak akan diizinkan untuk berkampanye dan mengumpulkan tanda tangan tanpa restu dari pihak berwenang, tuduhan yang ia bantah.
CEC mengatakan mereka menemukan kekurangan dalam tanda tangan yang dikumpulkan Nadezhdin dan sekutunya untuk mendukung pencalonannya, dan beberapa di antaranya berasal dari orang yang sudah meninggal.
Oleh karena itu, Nadezhdin gagal mengumpulkan 100 ribu tanda tangan yang diperlukan untuk menjadi kandidat calon presiden. Sejak saat itu, ia tidak berhasil menggugat diskualifikasinya di Mahkamah Agung.
Yekaterina Duntsova
Mantan jurnalis TV Yekaterina Duntsova, 40 tahun, ingin mencalonkan diri sebagai presiden. Ia juga menyerukan diakhirinya konflik di Ukraina dan membebaskan tahanan politik.
Bukan nama yang terkenal di Rusia, para pejabat pemilu mendiskualifikasinya pada bulan Desember, dengan alasan “banyak pelanggaran” dalam surat-surat yang ia serahkan untuk mendukung pencalonannya. Upayanya untuk menggugat keputusan itu tidak berhasil. Ketika Duntsova mengumumkan pada November lalu ia ingin mencalonkan diri, para komentator menggambarkannya sebagai orang yang gila, berani, atau bagian dari rencana Kremlin untuk menciptakan pemilu tahun ini kompetitif.
sumber : reuters
Sumber: Republika