Selasa, 30/04/2024 - 02:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

HIBURAN

Benarkah Anjing Bisa Endus Trauma Masa Lalu dari Napas Manusia?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Di sejumlah fasilitas kesehatan di luar negeri, anjing kerap dijadikan satwa yang mendampingi pasien. Hewan berkaki empat ini juga diandalkan untuk mengendus penyakit, mendeteksi bom, dan membantu manusia mengatasi tantangan mobilitas.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Dikutip dari laman New Atlas, Sabtu (30/3/2024), hasil studi terbaru menunjukkan anjing disinyalir bisa membantu mendeteksi dan menenangkan pasien gangguan stres pascatrauma (PTSD). Sebab, temuan itu mengungkap bahwa anjing bisa mengendus trauma masa lalu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dua ekor anjing dalam sebuah penelitian kecil mampu mengidentifikasi dengan tepat seperti apa bau napas manusia ketika dikaitkan dengan memori trauma. Dalam kasus tersebut, anjing merespons petunjuk fisik yang mengindikasikan peristiwa kilas balik.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ditambah lagi, bagi pasien penyuka satwa, kehadiran anjing bisa memberikan kenyamanan dan mengingatkan bahwa mereka berada di lingkungan yang aman. Studi itu digagas oleh para peneliti di Universitas Dalhousie di Nova Scotia, Kanada.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
6 Film Horor Terbaru yang Dirilis April 2024

Tim ilmuwan hendak melihat apakah anjing dapat membantu pengidap PTSD sebelum terjadinya kilas balik. Sama seperti anjing telah terbukti dapat melakukan intervensi sebelum seseorang mengalami kejang, atau mengendus stres yang disebabkan oleh cara lain.

Dalam studi itu, ada kelompok yang ditujukan untuk melihat bagaimana orang-orang yang pernah mengalami trauma masa lalu bereaksi terhadap pengingat akan trauma tersebut saat ini. Sejumlah 54 persen individu dalam kelompok tersebut memenuhi pedoman klinis untuk didiagnosis mengidap PTSD.

Dari jumlah 54 persen peserta dalam kelompok tersebut, para peneliti meminta 26 donor aroma. Setiap peserta diminta untuk memakai masker saat bernapas dengan tenang dan mengenakan masker saat diingatkan akan trauma yang mereka alami.

Saat pengumpulan sampel sedang berlangsung, para peneliti mulai merekrut anjing untuk penelitian ini. Dari 25 ekor anjing, ada dua yang cukup termotivasi untuk berpartisipasi dalam pelatihan untuk mengidentifikasi trauma pada napas, bernama Ivy dan Callie.

Penulis utama studi, Laura Kiiroja, menjelaskan kedua anjing tersebut dilatih untuk mengendus perbedaan antara sampel masker wajah dalam keadaan tenang dan dalam keadaan stres. Kemudian mereka diuji pada masing-masing dari 52 sampel masker wajah yang dikumpulkan (26 dalam keadaan tenang, 26 dalam keadaan stres).  

Berita Lainnya:
Tujuh Waralaba Film Fantasi Ini Jadi Favorit Penggemar, Anda Juga Suka?

Callie mampu membedakan keduanya sebesar 81 persen, sedangkan Ivy mendapat skor akurasi 74 persen. Para peneliti percaya bahwa keahlian Callie dalam tes tersebut terkait dengan mengendus bahan kimia napas yang berhubungan dengan rasa malu, sedangkan keahlian Ivy berkorelasi dengan kecemasan.

“Kami berspekulasi bahwa Ivy terbiasa dengan hormon sumbu simpatik-adreno-medulla (seperti adrenalin) dan Callie berorientasi pada hormon sumbu hipotalamo-hipofisis-adrenal (seperti kortisol). Ini adalah pengetahuan penting untuk melatih anjing penolong, sebagai peringatan dini gejala PTSD,” kata Kiiroja. 

Dia dan tim menyebut studi itu merupakan pembuktian konsep, dan penelitian yang lebih besar perlu dilakukan untuk memverifikasi kemampuan serupa pada anjing lain. Hasil penelitian telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Allergy.

 

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi