Kamis, 02/05/2024 - 14:25 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Bank Sentral Israel Minta Ultra-Ortodoks Yahudi Ikut Perang

ADVERTISEMENTS

Seorang pria Yahudi ultra-Ortodoks berdiri di atas salju sambil berdoa di Tembok Barat, situs paling suci di mana orang-orang Yahudi dapat berdoa di kota tua Yerusalem, (ilustrasi)

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 TEL AVIV — Bank of Israel memperingatkan kerugian ekonomi bila pria dari komunitas ultra-Ortodoks Yahudi tidak bergabung ke militer. Pernyataan ini menambah masalah yang menyebabkan perpecahan dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dalam laporan tahunan 2023 Bank Sentral Israel mengatakan perang negara itu di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober lalu mengungkapkan kebutuhan personel militer dan menambah beban ekonomi karena bertambahnya masa tugas baik bagi wajib militer maupun pasukan cadangan. Bank of Israel mengatakan hal ini mengganggu perekonomian tentara serta lapangan kerja pasangannya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Ketika beban militer terbagi di antara banyak tentara, dampak ekonomi pada masing-masing mereka menurun, begitu pula pada dampak agregatnya pada perekonomian,” kata bank sentral itu, Ahad (31/3/2024).

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
AS 'Geram' Atas Serangan Udara Israel Terhadap Konvoi Bantuan World Central Kitchen

“Memperluas personel militer dengan mencakup populasi ultra-Ortodoks akan memungkinkan menjawab kebutuhan peningkatan kebutuhan pertahanan sementara memoderasi dampak pada personel dan pada perekonomian,” tambah Bank of Israel dilansir laman Reuters.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Pada Februari lalu pemerintah Netanyahu mengatakan akan mencari cara untuk mengakhir pengecualian ultra-Ortodoks pada wajib militer yang sudah ditetapkan sejak Israel berdiri pada tahun 1948. Sebagai upaya untuk menyebar beban perang ke seluruh lapisan masyarakat.

Namun keputusan ini mendapat penolakan keras dari partai-partai ultra-Ortodoks Yahudi dan memicu keretakan di pemerintah. Ahad kemarin tenggat waktu pemerintah untuk mengajukan legislasi untuk menyelesaikan masalah ini namun di menit-menit terakhir pemerintah Netanyahu mengajukan penangguhan 30 hari ke Mahkamah Agung.

Bank of Israel mengatakan sektor ultra-Ortodoks yang berkembang pesat saat ini mencapai 7 persen dari perekonomian, namun akan menjadi 25 persen dalam waktu 40 tahun. Hanya 55 persen pria ultra-Ortodoks yang bekerja dan jika tren ini terus berlanjut pada tahun 2065 Israel akan kehilangan enam poin persentase dari produk domestik bruto, sementara beban pajak akan melonjak.

Berita Lainnya:
Malaysia Kutuk Serangan Israel terhadap Pekerja Kemanusiaan di Rafah

Gubernur Bank of Israel Amir Yaron juga mengatakan untuk menjaga disiplin fiskal, rencana untuk meningkatkan belanja pertahanan tahunan harus diimbangi dengan pemotongan belanja sipil meskipun hal itu juga memiliki biaya ekonomi.

“Adalah penting jika ada peningkatan tambahan dalam anggaran tersebut, di luar apa yang telah diputuskan, hal itu harus disertai dengan penyesuaian fiskal yang setidaknya akan mencegah peningkatan yang berkelanjutan dalam rasio utang publik terhadap PDB,” kata Yaron dalam suratnya kepada para menteri kabinet dan anggota parlemen.

Bulan ini anggota parlemen Israel menyetujui perubahan anggaran tahun 2024 yang menambahkan puluhan miliar shekel untuk mendanai perang, sementara Israel berniat untuk menambah sekitar 20 miliar shekel atau 5,4 miliar dolar AS untuk pertahanan setahun ke depan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi