Kamis, 16/05/2024 - 21:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Vape Bukan Pengganti Rokok, Perasa yang Muncul dari Bahan Kimia dan tak Aman

Vape (ilustrasi). Vape dinilai bukan alternatif pengganti rokok.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

BANDUNG — Konsultan senior dan onkologis medis di Parkway Cancer Center (PCC) Singapura dr Wong Siew Wei mengungkapkan vape bukan alternatif pengganti rokok. Ia mengatakan rasa yang muncul dari vape itu berasal dari bahan kimia.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Vape ada rasa, bukan rasa untuk pewarna memasak tapi kimia, tidak aman,” ucap dia belum lama ini.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

Dia mengatakan tren penggunaan vape di kalangan masyarakat yang meningkat dipengaruhi oleh miskonsepsi bahwa vape adalah alternatif rokok. Selain itu, banyak yang menggunakannya karena tren dan gaya hidup.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Kanker Serviks Dominasi Proporsi Kasus Kanker di Indonesia

“Tidak ada petunjuk bahwa vape pengganti aman dari merokok,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Di tengah tren penggunaan vape yang meningkat, ia menuturkan perokok di Indonesia masih tinggi dan didominasi perokok berusia muda. Dr Wong melihat akses yang mudah untuk mendapatkan rokok menjadi alasan perokok di Indonesia tinggi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Kondisi tersebut berbeda dengan Singapura, ia mengatakan 30 tahun terakhir perokok mengalami penurunan. Akibat harga rokok yang tinggi sehingga akses terbatas.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Di Indonesia rokok murah dapat diakses anak -anak bisa beli sendiri. Di Singapura 6 kali (harga) dari Indonesia aksesnya sulit,” kata dia.

ADVERTISEMENTS

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah Indonesia untuk lebih menaikkan pajak rokok. Sehingga akses mendapatkan rokok menjadi lebih terbatas. Selain itu ia pun menegaskan kepada masyarakat untuk tidak merokok. “Jangan merokok,” kata dia.

ADVERTISEMENTS

Ia pun merekomendasikan agar perokok yang sudah merokok selama 20 tahun dengan satu bungkus rokok per hari untuk deteksi kondisi paru. Dengan menggunakan CT scan dosis rendah memastikan kondisi paru, sedangkan Xray tidak cocok mendeteksi kanker paru.

Berita Lainnya:
Penyakit Autoimun Meningkat Pascapandemi Covid-19

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi