UPDATE

ISLAM
ISLAM

Ustadz Muhajirul Fadhli: Kisah Nabi Yusuf Jadi Cermin Menghadapi Kerusakan Moral Zaman Kini

BANDA ACEH – Khatib Jumat Masjid Jamik Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Jumat (14/11), Ustadz Muhajirul Fadhli, Dosen pada Fakultas Usuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry, mengingatkan jamaah tentang pentingnya menjaga kehormatan diri dan benteng moral di tengah derasnya godaan era modern.

Pesan tersebut disampaikan melalui kisah keteladanan Nabi Yusuf AS yang tetap teguh menghadapi godaan Zulaikha.

Dalam khutbahnya, Ustadz Muhajirul menyebut kisah Yusuf bukan sekadar catatan sejarah, tetapi “cermin untuk membaca kondisi moral manusia masa kini.” Ia menegaskan bahwa godaan zaman modern lebih kompleks dan datang dari berbagai celah kehidupan.

“Jika godaan Yusuf berada dalam satu ruangan tertutup, maka godaan kita hari ini berada dalam genggaman tangan: melalui gawai, media sosial, tontonan bebas, serta budaya digital yang mengikis batas-batas moral,” ujarnya di hadapan ratusan jamaah Masjid Jamik USK.

Godaan Digital Lebih Halus, Tapi Menghancurkan

Menurutnya, kerusakan moral di era modern kerap bermula dari hal kecil: tontonan yang tidak senonoh, normalisasi hubungan bebas, tekanan pergaulan, hingga upaya mengikuti tren tanpa filter agama. Semua itu, katanya, berpotensi menyeret seseorang pada kehancuran akhlak jika tidak dikendalikan.

Berita Lainnya:
Pentingnya Peradaban Kota dalam Pandangan Ibnu Khaldun dan Sirah Nabi

“Godaan hari ini jauh lebih halus, tidak lagi berbentuk rayuan verbal. Ia tampil melalui gambar, video, bahkan algoritma media sosial. Namun efek kerusakannya jauh lebih besar,” jelasnya.

Ia kemudian mencontohkan keteguhan Yusuf yang memilih penjara daripada mengikuti ajakan maksiat. Sikap itu, menurutnya, merupakan simbol keberanian moral yang seharusnya menjadi teladan umat, khususnya generasi muda di lingkungan kampus.

Martabat Lebih Mahal dari Kesempatan Maksiat

Ustadz Muhajirul menekankan bahwa kehormatan adalah aset paling berharga bagi seorang mukmin. Ia mengajak jamaah untuk menjadikan kisah Yusuf sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi ujian nafsu.

“Setiap orang akan diuji ketika tidak ada yang melihat. Namun orang bertakwa yakin bahwa Allah selalu menyaksikan. Inilah yang membuat Yusuf selamat,” ungkapnya.

Ia mengingatkan bahwa martabat diri tidak ditentukan oleh status sosial, tetapi oleh pilihan moral yang diambil seseorang. “Yusuf adalah seorang budak, tetapi kehormatan yang dijaganya menjadikannya mulia hingga diangkat menjadi pemimpin Mesir,” tambahnya.

Berita Lainnya:
Bencana Datang Bertubi-tubi: Kenapa Penanganannya Selalu Lamban?

Ajakan untuk Sivitas Akademika USK

Khatib turut menyerukan agar sivitas akademika USK—mahasiswa, dosen, dan seluruh jamaah kampus—memperkuat integritas diri dalam menghadapi arus globalisasi yang kian terbuka.

“Kampus adalah tempat mencetak intelektual, bukan tempat melahirkan generasi yang rapuh secara moral. Menjaga diri adalah bagian dari kecerdasan spiritual yang harus menyertai kecerdasan intelektual,” tutur Ustadz Muhajirul.

Ia mengajak seluruh jamaah untuk memperbanyak istighfar, menjaga pandangan, membangun kontrol diri, dan memperkuat hubungan dengan Allah sebagai benteng dari kerusakan zaman.

Di akhir khutbah, Ustadz Muhajirul memanjatkan doa agar jamaah diberikan kekuatan dalam menjaga kehormatan dan dijauhkan dari berbagai fitnah kehidupan modern.

“Semoga Allah meneguhkan hati kita sebagaimana Allah meneguhkan hati Yusuf. Dan semoga kita diberi kemampuan berkata ‘Aku berlindung kepada Allah’ ketika pintu-pintu maksiat terbuka lebar,” tutupnya.[]

Reaksi

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.