BANDA ACEH – Usia Pemerintahan Prabowo yang menginjak 15 bulan di akhir tahun ini menyisakan banyak catatan dinamika Demokrasi. Dominasi koalisi besar Pemenang Pemilu di berbagai lembaga negara melahirkan kebijakan politis yang cenderung tidak populis.
Lembaga Legislatif yang dihuni perwakilan Partai Politik setahun belakangan nampak “adem” dari konflik internal yang biasa terjadi dalam persaingan kepentingan antar Parpol. Zona nyaman yang sedang dinikmati Anggota Dewan tidak lepas dari peran penting jajaran pimpinan DPR yang mampu meng-orkestrasi para legislator.
Sosok yang dinilai paling menonjol di DPR-RI masa bhakti 2024-2029 adalah peran seorang Sufmi Dasco Ahmad. Wakil Ketua DPR-RI dari Partai Gerindra sering disebut sebagai “sutradara” paduan suara di Senayan.
Dikutip dari Majalah Tempo berjudul “Tangan Sufmi Dasco Mengendalikan Badan Legislasi DPR” edisi Minggu, 30 Maret 2025, para politikus di DPR bercerita, ada julukan khusus bagi mereka yang dekat dengan Dasco. Antara lain istilah “Kabinda dan Adidas”
Kader Binaan Dasco (Kabinda) adalah mereka sebagian besar para kader Gerindra yang duduk di posisi strategis pada Alat Kelengkapan Dewan yang menjadi penggerak kinerja anggota dewan. Sementara istilah Anak didik Dasco (Adidas) dikenal sebagai jaringan politik lintas Parpol yang mendukung strategi politik dan arahan Ketua Harian Partai Gerindra tersebut.
Terungkap dalam Podcast Bocor Alus Politik Tempodotco bertajuk “Orang Kuat di Balik Badan Legislasi DPR yang Jadi Pabrik Undang-Undang” mengulas peran besar Dasco mengatur pembahasan “pesanan” undang-undang. Badan Legislasi (Baleg) di sepanjang tahun 2025 ini dinilai sedang rajin-rajinnya membuat Undang-Undang, baik revisi maupun yang baru.
Kabinda dan Adidas yang merujuk pada jaringan politik di DPR anggotanya mendominasi di tiap lini. Dari tiap Komisi, Baleg hingga Panja (Panitia Kerja) yang bisa bekerja dengan cepat dan efektif meloloskan sebuah rancangan undang-undang. Menurut Bocor Alus Politik, mana RUU yang harus diloloskan, dihentikan atau dipercepat harus melalui seleksi Kabinda dan Adidas untuk kemudian diputuskan oleh Dasco.
Fenomena Kabinda dan Adidas menjadi warna baru di DPR yang lebih efektif menyelesaikan sebuah rancangan kebijakan. Tidak ada lagi hujan interupsi atau mematikan mic pada saat situasi panas tarik ulur pembahasan undang-undang. Semua dikelola dengan clear and clean oleh Dasco yang kali ini dipercaya Prabowo di lembaga Legislatif, usai Fadli Zon ditarik dari Senayan menjadi Menteri Kebudayaan.
Akankah di tahun 2026 gaya cepat tepat para Wakil Rakyat akan dipertahankan atau ada perubahan sistematis yang tidak hanya merujuk pada satu nama dengan pengaruh besar? Publik akan menilainya dengan kacamata Demokrasi.






























































































