Kamis, 09/05/2024 - 07:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Nicholas Ultimatum Buat yang Berani Usik Ahok: Kalian Harus Melangkahi Mayatku

ADVERTISEMENTS

–  Nicholas Sean baru-baru ini berbagi cerita tentang suka duka menjadi seorang anak Basuki Thajaja Purnama alias Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta yang cukup jadi sorotan kala itu.  

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Pemilik nama lengkap Nicholas Sean Purnama ini adalah anak pertama dari pernikahan pertama Ahok dengan Veronica Tan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menjadi anak seorang Ahok, tentu saja membuat hidup Nicholas Sean juga ikut banyak disorot publik. Hal ini tentu menjadikannya berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Nama besar Ahok membuat Sean merasa ayahnya bukan hanya milik keluarga, tetapi juga milik masyarakat yang membuatnya tidak banyak memiliki waktu bersama.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Saat ditanya oleh Melaney Ricardo, bagaimana rasanya menjadi anak Ahok, Sean pun bicara apa adanya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Aku nggak tahu bagaimana rasanya jadi anak orang biasa. Dari dulu kan sama papa. Ya ada kurang lebihnya,” katanya dikutip Hops.ID dari kanal YouTube Melaney Ricardo pada Sabtu, 9 April 2022.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Prabowo: Menunggu Pelantikan Digunakan untuk Menyiapkan Diri

Kelebihan yang dirasakannya menjadi anak seorang pejabat membuatnya berpikir waktu-waktu yang dihabiskan menjadi lebih berharga.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Di sisi lain, menurut Sean, ini kurang adil baginya sebab setiap kesalahan yang diperbuatnya akan selalu dikaitkan dengan Ahok.

“Walaupun aku anak Ahok, aku tidak mendapatkan manfaat dari ‘jadi anak pejabat’ karena papaku orangnya bersih banget. Setiap kali temanku meminta bantuan, papa bilang Nico janganlah minta bantuan kayak gini. Itu akan mempersulit. Lebih baik minta orang lain,” kata Sean dengan serius.

Melaney Ricardo melanjutkan pertanyaan, apakah Sean terkadang tidak suka dengan kehidupannya sebagai anak Ahok.

Menurut pemuda lulusan kedokteran UI itu, semua proses harus dinikmati dan ia tak ingin terus menerus komplain tentang kesulitan hidup. Terlebih Sean juga mengaku sudah terbiasa dengan segala rutinitas yang berat, dan menjadi anak Ahok baginya juga sudah biasa.

Ia tidak benci dengan hidupnya dengan embel-embel anak Gubernur Jakarta.

“Pertama, aku nggak tahu gimana rasanya bukan jadi anaknya. Kedua, aku sudah biasa hidup seperti ini. Jadi aku nyaman. Yang buat nggak nyaman adalah hal-hal baru,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Garuda Indonesia Siapkan 14 Pesawat Angkut Jamaah Haji 2024

Lebih lanjut remaja berusia 24 tahun ini menambahkan, kalau ia tidak suka perubahan dan lebih suka pola yang dapat diukur dan terkontrol.

Dalam pandangan kehidupannya, menjadi anak Ahok itu bukan beban tetapi kehidupan itu sendiri yang sebenarnya beban dan dimiliki oleh semua orang dengan bentuk yang berbeda-beda.

“Mungkin bagi orang lain (menjadi anak Ahok) itu beban, tapi nggak buat aku. Aku hanya perlu berhati-hati. Jangan sampai aku terjebak apa dan orang memanfaatkan itu untuk serang papaku. Itu yang paling aku benci dari hidup ini,” kata Nicholas Sean.

“Dalam kasus itu, aku lebih memilih mati jadi kalian nggak punya rantai lemah lagi. Atau aku harus jadi lebih kuat lagi jadi gak bisa diserang. Kalian harus melangkahi mayatku dulu untuk melawan papaku,” ujarnya.

Menurut Nicholas Sean Purnama, hidup ayahnya lebih berharga daripada hidupnya sendiri. ***

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi