Senin, 06/05/2024 - 11:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Siswi SMAN 1 Citeureup Bungkam Perundung dengan Prestasi

ADVERTISEMENTS

Dirundung hampir setiap hari bukanlah hal yang diinginkannya. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 “Si Gendut”. Julukan itu membuat Rintan Aprilia Permana mengalami depresi. Di sekolah, di lingkungan bermainnya, siswa kelas 1 SMAN 1 Citeureup, Kabupaten Bogor bullying atau perundungan yang diterimanya ini membuatnya malu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Menurut Rintan, dirundung di wilayah yang berbeda membuat hidupnya tidak menyenangkan. Gadis berkacamata ini kerap mengalami depresi berjepanjangan. Bahkan, dia pun sempat enggan kembali ke sekolah.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Lambat laun, dirinya mencoba menuangkan pengalamannya menjadi korban perundungan dengan menulis berbagai buku bertema “Bullying”. Ia merasa, dengan prestasi yang dimilikinya bisa membuktikan jika orang yang memiliki kekurangan juga memiliki prestasi di baliknya.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Dia menuturkan, dirundung hampir setiap hari bukanlah hal yang diinginkannya. Maka, dengan bakat yang dimilikinya, Rintan mengaku, mampu membuktikan jika korban perundungan juga memiliki prestasi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


“Saya dan khususnya korban bullying yang ada di Indonesia, tidak usah minder. Buktikan saja bahwa kita mampu, lebih dari mereka yang membully, tunjukan kelebihannya,” tuturnya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Sedikit demi sedikit, Rintan berhasil menuangkan pengalamannya ke 12 buku karangannya. Beberapa buku bertema Bullying yang mampu dirinya tuangkan berjudul Bullying is Never Fun, Say No to Bullying, Hands Up, Bullying is Cruel, dan The Meaning of Bullying.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
NasDem Prioritaskan Usung Anies di Pilgub Jakarta 2024, Buka Peluang Duetkan Anies-Sahroni


Dia tak sendiri, pihak SMAN 1 Citeureup juga membantunya mencetak buku-buku berisi curahan hatinya sebagai korban perundungan. Dirinya berharap, 12 buku karyanya tersebut bisa dibaca semua orang. 


Apalagi kepada korban perundungan yang masih mengalami depresi, dengan melihat pesan dan motivasi tertuang didalam buku karangannya.   “Mudah-mudahan buku saya bermanfaat bagi banyak orang, khususnya korban bullying, jangan patah semangat dan terus berkarya dan buktikan kita bisa,” kata Rintan.


Gadis yang bercita-cita sebagai TNI ini pun, merupakan atlet silat berprestasi di sekolahnya. Berbagai ajang baik di Kabupaten Bogor maupun Provinsi telah dia ikuti. Meskipun sebelumnya, dia sempat minder lantaran tubuh yang terbilang gemuk.


“Awal ikut silat sih saya minder, banyak yang cemooh saya bahwa saya tidak akan bisa ikut kejenjang atlet. Namun semakin ke sini, kembali saya buktikan, saya bisa, dan akhirnya menjadi perwakilan sekolah untuk ajang silat,” ucapnya.

Berita Lainnya:
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi, PKS: Bagi Kami Nggak Masalah!


Kasus perundungan yang sempat dialami Rintan pun menjadi perhatian dari Dewan Pendidikan (Wandik) Kabupaten Bogor, Siti Mahnin. Menurut Mahnin, sifat anak didik dalam menghadapi suatu masalah pasti berbeda-beda.


“Kalau bullying, ada yang mentalnya kuat, ada yang nggak kuat. Nah, yang nggak kuat ini perlu penanganan,” ucapnya.


Meski sulit dicegah, Wandik Kabupaten Bogor akan segera berkoordinasi ke sekolah-sekolah di Bumi Tegar beriman. Serta memberikan rekomendasi agar tidak ada lagi kasus perundungan yang menimpa anak didik.


Menurutnya, sekolah harus benar-benar memberikan edukasi terkait perundungan. Warga sekolah baik guru dan tenaga lainnya jug harus berkoordinasi.


Misalnya, ketika ada anak yang menjadi korban perundungan, harus segera melapor ke guru. Para guru pun harus perhatian dan sensitif terkait keadaan anak didik, karena dikhawatirkan ada siswa yang tidak berani melapor ke guru.


“Guru harusnya lebih sensitif muridnya begini begitu. Nanti akan disarankan oleh Wandik ketika kami turun ke sekolah. Karena kami hanya bisa memberikan rekomendasi, di antaranya mengedukasi dan pengawasan,” pungkas Mahnin.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi