Senin, 06/05/2024 - 10:48 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Uni Eropa: Pemerintah Taliban tak Dengar Suara Rakyat Afghanistan

ADVERTISEMENTS

Penutupan sekolah bagi siswi Afghanistan timbulkan keraguan Uni Eropa pada Taliban.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 KABUL — Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan Tomas Niklasson mengatakan, ditutupnya sekolah bagi anak perempuan Afghanistan, termasuk aturan mengenakan burqa di ruang publik, menunjukkan bahwa pemerintahan Taliban tak mendengarkan suara rakyatnya. Hal itu membuat Uni Eropa yakin saat ini Afghanistan berada dalam cengkeraman “tren yang lebih terbelakang”.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Niklasson mengatakan, ditutupnya sekolah bagi siswi sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Afghanistan telah menimbulkan keraguan di tubuh Uni Eropa mengenai seberapa besar janji Taliban bisa diandalkan. “Sepertinya pemerintah tidak benar-benar mendengarkan rakyatnya,” ujarnya setelah mengakhiri kunjungan lima harinya ke Kabul, Kamis (12/5), dikutip laman Al Arabiya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Pakistan Akui Batasi Akses Media Sosial X 
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Saat menguasai Afghanistan pada Agustus tahun lalu, Taliban memang berjanji akan memenuhi hak-hak dasar perempuan Afghanistan, termasuk dalam memperoleh pendidikan. Namun janji tersebut kini dipertanyakan komunitas global.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Niklasson turut menyoroti keputusan Taliban mewajibkan perempuan Afghanistan mengenakan burqa tradisional saat berada di ruang publik. Jika peraturan itu tak dipatuhi, saudara laki-laki dari perempuan terkait akan dihukum. Peraturan semacam itu pernah diterapkan Taliban saat memerintah Afghanistan pada 1996-2001.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Niklasson menekankan apa yang saat ini dibutuhkan dan diinginkan kaum perempuan Afghanistan adalah hak untuk bekerja, memperoleh pendidikan, dan akses ke fasilitas kesehatan. “Bukan instruksi tentang cara berpakaian,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Serangan Terhadap Petugas Keamanan Rusia Terus di Kaukasus Utara


Terkait pendidikan, hingga kini Taliban belum mengumumkan kapan sekolah untuk siswi SMP dan SMA akan dibuka kembali. “Jika sekolah dibuka relatif segera di seluruh negeri di semua tingkatan untuk anak laki-laki dan perempuan, ini bisa menjadi langkah maju yang positif dan positif,” kata Niklasson.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Menurutnya, penghapusan larangan pendidikan bagi anak perempuan di Afghanistan akan menjadi perubahan dramatis. Apalagi jika hal itu dibarengi dengan jaminan untuk kebebasan sipil lainnya, termasuk perlindungan terhadap kelompok minoritas.


Niklasson yakin, jika Taliban mengambil langkah-langkah semacam itu, pemerintahannya bakal segera memoperoleh pengakuan dari dunia internasional. Sejak menguasai Afghanistan pada Agustus tahun lalu, belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban.  

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi