Selasa, 30/04/2024 - 10:08 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Petani: Separuh Panen Cabai Rusak Akibat Cuaca Tak Menentu

ADVERTISEMENTS

Baru kali ini petani cabai menghadapi perubahan cuaca yang cepat dan ekstrem.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Gejolak harga cabai kembali dirasakan masyarakat karena melonjak hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) dari kondisi normal di bawah Rp 40 ribu per kg. Dampak perubahan iklim dirasakan nyata oleh petani karena berimbas pada cuaca tak menentu sehingga menganggu pola tanam cabai.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ketua Asosiasi Champion Cabai, Tunov Mondro Atmodjo, menuturkan, turunnya hujan dan cuaca panas ekstrem yang bergantian hampir setiap hari menjadi membuat produksi cabai rusak hingga lebih dari separuh.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Curah hujan sangat tinggi, dan giliran panas itu luar biasa. Saya tidak tahu ini badai atau apa. Ini yang paling bahaya dan ditakutkan petani,” kata Tunov kepada Republika.co.id, Rabu (8/6/2022).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Angkasa Pura Catat Kenaikan Pengguna Jasa Penerbangan di YIA

Ia menjelaskan, pada pertengahan tahun ini biasanya memasuki musim kemarau sehingga semestinya tidak terdapat gangguan. Apalagi jumlah luasan tanam sedang luas-luasanya karena permintaan bibit dan pupuk juga sedang tinggi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Namun, akibat situasi cuaca yang ekstrem nyatanya berdampak pada kegagalan produksi. Menurut Tunov, baru tahun ini ia mengalami perubahan cuaca yang cepat dan ekstrem.

“Misalkan hujan atau panas terus kita bisa siapkan antisipasi. Tapi kalau cuaca ganti-ganti, serba susah. Kita bahkan tidak tahu sekarang musim apa,” ujarnya.

Tunov mencontohkan, di saat musim kemarau seperti sekarang, untuk mengantisipasi hama petani akan menggunakan obat-obatan. Nyatanya, hujan turun kurang dari sehari setelah penyemprotan obat dilakukan.

“Ya jelas obat-obatannya hilang terkena air. Giliran kita tidak semprot, ternyata cuacanya panas. Hama menyerang tanaman,” kata Tunov.

Berita Lainnya:
Lalu Lintas Harian Tol Trans sumatra Naik 86 Persen Saat Libur Lebaran

Akibat situasi cuaca yang fluktuatif itu, anjloknya produksi tak terbendung dan mengerek kenaikan harga hingga Rp 80 ribu per kilogram (kg) cabai rawit dari petani.

Senada Tunov, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, Abdul Hamid, mengaku para petani cabai keliru dalam memprediksi cuaca.

“Mestinya sekarang tidak ada hujan, harusnya sekarang musim kemarau,” katanya.

Ia mengatakan, pasokan panen pada Mei-Juni semestinya pasokan cabai dalam kondisi melimpah karena panen raya cabai dimulai bulan April. Hanya saja, perkiraan itu meleset sehingga harga naik dan terasa hingga level konsumen.

Meski begitu, pihaknya berharap situasi harga yang tinggi seperti sekarang tidak berlangsung lama. “Mudah-mudahan tidak lama, mungkin sekitar satu bulan ke depan karena akan panen raya dari cabai yang ditanam bulan Maret,” katanya.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi