Jumat, 26/04/2024 - 19:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Pasokan Melimpah, Peternak Mandiri Ingin Bisa Ikut Ekspor Ayam

ADVERTISEMENTS

Pinsar menyebut naiknya harga ayam di tengah pasokan melimpah karena biaya produksi

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Indonesia tengah dalam persiapan melakukan ekspor ayam perdana ke Singapura. Peternak mandiri mengharapkan agar eksportir dari Indonesia tak hanya diisi oleh perusahaan terintegrasi, namun peternak mandiri yang sudah memiliki rumah pemotongan skala kecil.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Saya merespons positif saja, tapi kalau bisa rumah pemotongan rakyat juga dikasih peluang agar tidak hanya integrator yang ekspor,” kata Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Barat, Mukhlis, kepada Rabu (22/6/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Mukhlis mengatakan, saat ini sudah banyak peternak mandiri yang memiliki rumah pemotongan hewan dengan standar tinggi. Ia pun optimistis meski bukan di bawah pembinaan perusahaan, peternak juga mampu menembus pasar global.

ADVERTISEMENTS


Di sisi lain, ia menyambut positif rencana ekspor karena bisa mengurangi surplus berlebih yang kerap kali menekan harga di peternak. Namun, melihat Singapura yang menjadi tujuan ekspor, kemungkinan tidak akan berdampak besar pada pengurangan surplus yang ada.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


“Ya minimal dibukanya keran ekspor itu akan mengurangi beban di pasar,” kata dia.


Pria yang juga Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) ini meyakini jika pemerintah sudah meyakini kebutuhan dalam negeri pasti tercukupi, ekspor sangat memungkinkan dilakukan. Masalah ketersediaan untuk domestik harus menjadi prioritas.

Berita Lainnya:
Gelar Mudik Gratis, PT Taspen Berikan Semua Peserta Perlindungan Asuransi


Ia pun mengingatkan pertimbangan ekspor sebaiknya tidak hanya sekedar mencari keuntungan semata. Ketahanan dalam negeri ke depah harus menjadi prioritas di tengah tantangan pangan global saat ini.


“Harus ada basis datanya dan pemerintah pasti punya data itu. Berapa kebutuhan konsumsi dan produksi diluar konsumsi kita,” katanya.


Harga Ayam Naik Bukan karena Pasokan Terbatas


Mukhlis mengatakan, kenaikan harga ayam yang belakangan terjadi bukan karena terbatasnya pasokan. Apalagi, Kementerian Pertanian (Kementan) sudah tidak menerbitkan surat edaran pemusnahan bibit ayam kepada para perusahaan. Dengan kata lain, produksi saat ini melimpah.


Hanya saja, biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi ayam mengalami kenaikan signifikan yang mau tak mau berdampak pada harga jual dari peternak.


Kenaikan harga karena harga pakan yang naik.  Pakan berkontribusi sekitar 60-70 persen terhadap biaya produksi. Saat ini, harga pakan sudah mencapai Rp 8 ribu per kg hingga Rp 9 ribu per kg dari sebelumnya di kisaran Rp 6.500 per kg – Rp 7.500 per kg.


Kenaikan harga pakan berdampak pada harga jual ayam dari peternak yang saat ini berkisar Rp 21 ribu per kg – Rp 22 ribu per kg. Harga lebih tinggi dari acuan pemerintah Rp 19 ribu – Rp 21 ribu per kg. Situasi itu lantas berdampak pada kenaikan harga yang terasa hingga konsumen saat ini.

Berita Lainnya:
Pertamina Masih Tahan Harga BBM, Ini Alasannya  


Harga ayam di pasar tercatat Rp 38 ribu per kg – Rp 39 ribu per kg dari sebelumnya Rp sekitar Rp 35 ribu per kg hingga Rp 36 ribu per kg.”Jadi masyarakat harus terbiasa dengan harga yang baru. Telur saja sudah naik dengan harga baru. Memang normal harganya sudah segitu,” kata dia.


Hanya saja, Mukhlis memaklumi kenaikan harga pangan, termasuk ayam, yang dikeluhkan terjadi disaat masyarakat dalam proses pemulihan ekonomi setelah dua tahun dihantam pandemi.


“Soal itu kan tugas pemerintah untuk mengatasi. Masa peternak yang harus berkorban?” katanya.


Sementara itu, Said Abdullah menuturkan, kenaikan harga ayam memang tidak terelakan. Meski begitu, pemerintah harus memikirkan strategi jangka menengah panjang agar bagaimana sumber protein masyarakat terpenuhi dan terjangkau.


Ia menilai, langkah yang paling utama dengan membenahi struktur pasar ayam broiler yang saat ini cenderung monopolistik oleh perusahaan besar.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi