Rabu, 22/05/2024 - 04:23 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Remaja Citayem di Dukuh Atas, Upaya Mencari Jati Diri dan Demokratisasi Jalan Sudirman

Kehadiran remaja Citayem di Dukuh Atas imbas dominasi gaya hidup perkotaan.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

oleh Haura Hafizhah, Zainur Mahsir Ramadhan

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Kehadiran remaja asal Citayem, Depok, Jawa Barat, di sekitar taman Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Dukuh Atas, Jakarta, menjadi buah bibir publik. Bukan hanya mudah dikenali karena gaya pakaiannya berciri khas, remaja Citayem juga menjadi populer di media sosial terutama TikTok.

Republika pada Kamis (7/7/2022) menemukan banyak remaja dari luar Jakarta sedang mengobrol dan tertawa dengan teman-temannya. Bahkan, ada yang sedang menari untuk diunggah di akun TikTok. Mereka terlihat senang karena bebas mengekspresikan dirinya.

Salah satu remaja bernama Inggiar Galuh (14 tahun) mengaku berasal dari Citayem. Ia bersama teman-temannya sering ke sekitar taman stasiun MRT Dukuh Atas ini karena tempatnya yang luas dan bisa ketemu banyak orang.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Tahu tempat ini karena lagi tren di TikTok. Ke sini (stasiun MRT Dukuh Atas) kalau ada uang saja. Pas banget tempat ini buat nongkrong. Kaya jalan-jalan saja sekitar sini. Terus duduk-duduk sambil ngeliatin orang yang lewat,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Inggiar berpenampilan dengan rambut berponi berwarna kuning kecokelatan, matanya memakai soflens berwarna biru dan berkulit sawo matang. Ia bercerita dengan wajah yang senang.

“Di sini juga banyak yang syuting gitu. Senang saja lihatnya. Paling kalau jajan minum doang. Itu juga minumnya Nutrisari. Nggak lapar sih kan udah makan dari rumah,” kata dia.

ADVERTISEMENTS

Ada Dewintha Andini (14) asal Citayem yang mengaku senang bercengkerama di kawasan Dukuh Atas. Terutama sedari sore hingga malam. Ia mengatakan, di situ senang bertemu dengan teman-teman baru.

ADVERTISEMENTS

“Kalau di sini banyak yang ngajak kenalan. Minta nomor. Tapi kadang suka ada bapak-bapak juga sih. Itu paling saya takut. Kalau sepantaran kan nggak apa. Jadi, banyak teman,” ujar dia.

Berita Lainnya:
Jadi Top Priority Diusung Nasdem di Pilgub Jakarta 2024, Anies: Kita Rehat Dulu

Ia menambahkan sudah dari siang ada di sekitar taman MRT Dukuh Atas. Ia hanya jalan-jalan dan mengabadikan gambar pemandangan di sekitarnya dengan ponselnya.

“Senang aja kalau ke sini pemandangannya bagus apalagi kalau foto-foto. Kadang ada juga tuh kaya ditanya-tanya sama orang masuk akun TikTok eh dibayar. Settingan gitu. Kan lumayan kalau saya diajak. Paling ramai kalau malam minggu. Sampai-sampai teman saya pernah kehilangan ponselnya,” kata dia.

Sementara itu, salah satu warga yang sedang berjalan sekitar stasiun MRT Dukuh Atas bernama Shabrina (20) menilai fenomen remaja Citayem sebagai hal yang wajar. Katanya, mereka umumnya hanya duduk-duduk dan mengobrol sehingga tidak mengganggu siapa-siapa.

“Tidak ganggu soalnya ini kan tempat umum ya. Mereka juga cuma ketemu teman dan ngobrol saja. Mereka cuma berkunjung dari daerah ke sini,” kata dia.

Menurutnya, sekitar stasiun MRT Dukuh Atas ini memang luas dan strategis. Sehingga banyak remaja yang datang. “Selama mereka berperilaku baik tidak apa. Kecuali melakukan hal yang tidak bisa ditoleransi seperti berkelahi, menggoda dan sebagainya,” ujar dia.

Berita Lainnya:
Prabowo Ngaku Merasakan Senyuman Berat Anies: Kita Semua Lelah, Mungkin Ada yang Tak Puas

Pengamat Sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menanggapi fenomena remaja dari daerah Citayam dan Bojonggede yang bermain di sekitar taman stasiun MRT Dukuh Atas. Menurutnya, hal ini terjadi karena para remaja mencari identitas dirinya dan merujuk kepada kehidupan perkotaan.

“Para remaja sekarang melihat kehidupan perkotaan sangat sempurna. Mereka ingin meniru dan merasakannya. Kenapa di dekat stasiun? Karena murah dan mudah. Apakah ini salah? Tentu tidak. Mereka mengekspresikan dirinya,” katanya saat dihubungi Republika, Kamis (7/7/2022).

Kemudian, ia melanjutkan referensi gaya hidup di perkotaan banyak berkeliaran di media sosial dan mendapatkan apresiasi masyarakat. Sehingga mereka berusaha memasuki perkotaan dan ingin tahu rasanya seperti apa.

“Budaya kami didominasi gaya hidup di perkotaan. Mereka ingin meniru. Sehingga ini disebut tren metrosentrik. Bahkan temuan saya di lapangan ada yang menginap di situ. Jadi, tanpa mengeluarkan biaya mereka bisa meniru dan bergaya di kota,” ujar dia.

Ia menambahkan para remaja tersebut juga ingin diakui. Sehingga ketika mereka diakui, mereka merasa puas dan senang. Hal tersebut dikatakannya ajang mereka untuk berekspresi. Apalagi sekarang adalah zaman digital, begitu ada yang unik langsung viral atau terkenal.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi