Selasa, 30/04/2024 - 16:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Sejarawan Ridwan Saidi: Apa Tujuan Saiful Mujani Persoalkan Pancasila?

ADVERTISEMENTS

Sejarawan Ridwan Saidi mempertanyakan tujuan Saiful Mujani mempersoalkan Pancasila.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Sejarawan dan tokoh Betawi, Ridwan Saidi mengaku kesal dengan sikap Saiful Mujani yang tiba-tiba mempersoalkan sila pertama dalam Pancasila, dan menyebut sila ini untungkan umat Islam dan merugikan umat beragama lain. Menurutnya semua pihak dan elemen bangsa di negara ini sepakat Pancasila sudah final, tidak perlu diubah kembali.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“Apa urusannya si Saiful Mujani itu tiba-tiba mempersoalkan sila pertama hanya berdasarkan survei yang dia buat. Kita sudah sepakat Pancasila dengan urutan silanya sesuatu yang final, tidak perlu dipersoalkan lagi,” kata Ridwan Saidi kepada wartawan, Jumat (15/7/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Ridwan yang akrab disapa Babe ini mengaku kesal, survei yang dilakukan lembaga Saiful Mujani itu malah justru menyudutkan Islam hanya karena hasil surveinya soal perda syariat.

ADVERTISEMENTS


Menurut dia, kalaupun di daerah ada perda syariat itu juga karena adat dan budaya di wilayah itu kental dengan nilai Islam, maka perda itu mengatur umat Islam.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Ridwan juga heran dengan Lembaga Survei Saiful Mujani ini tiba-tiba mempersoalkan Perda Syariah. Ia menduga apakah memang sengaja ada titipan agar ini dimunculkan kembali dan mempersoalkan kembali sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa di Pancasila.

Berita Lainnya:
Gempa Garut Terasa Hingga Sleman, BMKG Sebut Pemicunya


“Kalau yang survei dari pemerintah atau perguruan tinggi mungkin bisa jadi diperhitungkan, kalau dari dia tujuan dia apa?. Apalagi sampai mempertanyakan sila pertama, Pancasila seolah mau dia ganti,” ujar Ridwan Saidi.


Ridwan menyarankan Saiful Mujani cari tema survei yang lebih bermanfaat ketimbang hanya membuat gaduh masyarakat. “Coba buat survei tema lain yang lebih relevan saat ini dibicarakan, banyak masalah hukum, ekonomi dan politik yang jadi sorotan publik. Jadi buat apa sebenarnya suvei seperti ini?,” terangnya.


Karena ia menegaskan kembali Pancasila sudah final, tinggal dijalankan saja oleh pemerintah dan masyarakat. Jadi kalau ada yang mempersoalkan lagi sebetulnya hanya cari perhatian, dan ditanggapi biasa saja.


“Buat saya ini dah final buat apa Pancasila ditanggapi, yang penting pemerintah sudah menjalankan belum Pancasila itu, sudah itu saja,” imbuhnya.


Sebelumnya dalam survei Saiful Mujani dia mengatakan dengan banyaknya aturan syariat di Indonesia maka sila pertama, Ketuhanan yang Maha-Esa hanya berlaku bagi agama Islam saja. Saiful melihat bahwa Pancasila, khususnya sila pertama, Ketuhanan yang Maha-Esa, sering dijadikan dasar bagi proses syariatisasi tersebut.

Berita Lainnya:
Mantan Karutan KPK Minta Maaf terkait Kasus Pungutan Liar


“Ini membuat sila pertama Pancasila kehilangan kemampuan untuk menampung keragaman agama yang ada di Indonesia,” katanya dalam program Bedah Politik episode “Ketuhanan Maha Esa Hanya Menurut Islam?” di kanal Youtube SMRC TV, pada Kamis, (14/7/2022).


Saiful menjelaskan temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pada Mei 2022. Dalam survei itu melacak seberapa setuju atau tidak setuju masyarakat dengan tiga pendapat yang muncul mengenai sila pertama Pancasila.


Pertama, kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia harus berdasar pada Ketuhanan yang Maha-Esa sebagaimana diyakini oleh pemeluk agama Islam. Dia mengungkapkan yang setuju atau sangat setuju dengan pandangan ini sebanyak 44,4 persen.


Sementara yang tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pandangan tersebut, sebesar 51,7 persen. Masih ada 3,9 persen yang tidak menjawab. \”Masih cukup besar di dalam masyarakat yang melihat Ketuhanan yang Maha-Esa tidak cukup jadi dasar sebuah pluralisme dalam kehidupan beragama di Indonesia,\” katanya.


Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi