Kamis, 02/05/2024 - 20:18 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Reaksi Lempeng Megawati Soal BBM Disorot, Ke Mana Taji Partai Wong Cilik?

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH –  Ketua Umum PDIP Megawati Soerkarnoputri terlihat membiarkan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) tanpa ada respons khusus.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sikapnya ini tentu berbeda jauh saat rezim Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan hal serupa.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurut pengamat komunikasi dan politik Jamiluddin Ritonga, Megawati, Puan Maharani, dan petinggi PDIP bahkan sempat mencucurkan air mata pada zaman SBY.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Mereka terkesan teramat sedih karena kenaikan harga BBM akan membuat wong cilik semakin terpuruk,” ujar Jamiluddin kepada GenPI.co, Senin (5/9)

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Cak Imin Rahasiakan Cagub Jatim, Ini Respons Khofifah

PDIP juga turun ke jalan menyuarakan penolakan kenaikan BBM. Mereka seolah terdepan membela wong cilik.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Argumen pembelaan wong cilik sudah tidak mengemuka saat Jokowi menaikkan harga BBM,” tegasnya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Kini menuut Jamiluddin, Megawati, Puan, Sekjen PDIP, dan petingginya sudah tidak galak dan seolah pasrah atas keputusan pemerintah. 

“Sudah tidak ada tangis dan demo ke jalan dari PDIP. Mereka ibarat paduan suara, sudah tak terdengar suara lantangnya,” ungkapnya.

Berita Lainnya:
Menteri ESDM: Subsidi BBM Naik Dicegah dengan Pembatasan Pembelian

Akademisi dari Universitas Esa Unggul itu menyimpulkan kepentingan politik kiranya yang membuat perbedaan sikap elite PDIP tersebut. 

“Saat mereka menjadi oposisi, mereka terkesan partai yang paling lantang membela wong cilik,” tambahnya. 

Namun, setelah mereka menjadi bagian dari kekuasaan, persoalan wong cilik sudah jarang didengungkan.

“Semua itu tentunya menjadi pelajaran bagi masyarakat dalam menilai partai politik,” tuturnya.  

Dia berharap, masyarakat bisa mengetahui kelayakan PDIP sebagai partai wong cilik atau tidak. Penilaian masyarakat itu akan terlihat pada Pemilu 2024. (*)

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi