Selasa, 30/04/2024 - 07:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EDUKASI
EDUKASI

Rektor IPB University Telah Krisis Iklim dan Dampaknya bagi Indonesia

ADVERTISEMENTS

Indonesia perlu menyusun rencana aksi adaptasi perubahan iklim yang jelas.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

BOGOR — Krisis iklim memiliki pengaruh besar dalam penyediaan pangan di Indonesia, mulai dari sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Prof Arif Satria, rektor IPB University melalui wawancara oleh CNBC Indonesia, Sabtu  (10/9/2022) menjelaskan upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi krisis iklim. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“Pada level nasional yang perlu kita lakukan adalah menyusun rencana aksi adaptasi yang jelas. Seperti perubahan kebijakan untuk mempercepat transisi energi pada level industri, hingga perubahan gaya hidup yang lebih green dan ramah lingkungan,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Jumat (16/9/2022). 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Ia mengungkapkan perlunya kolaborasi setiap elemen bangsa dalam melakukan aksi nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Indonesia juga perlu memperjuangkan keadilan (climate justice), sehingga negara maju tidak hanya menekan negara berkembang untuk menangani krisis iklim.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Masyarakat Punya Peran Besar untuk Penanganan Masalah Iklim dan Lingkungan


“Sebab negara maju juga punya kontribusi yang besar melalui proses industrialisasi yang mereka kembangkan di berbagai tempat yang juga memiliki sumbangan dalam kontribusi peningkatan emisi,” imbuhnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Hal yang perlu diperhatikan, sebutnya, dampak negatif krisis iklim ini lebih dirasakan oleh masyarakat  golongan ekonomi bawah. “Misalkan saja ketika terjadi banjir, orang-orang kaya bisa ke hotel. Sementara orang-orang dengan lapisan ekonomi bawah tidak bisa ke mana-mana,” ujarnya.


Menurut analisis Prof Arif terkait kinerja pemerintah dalam menanggulangi krisis iklim ini menyampaikan bahwa, “Pemerintah sudah berusaha dengan adanya G20 dan B20 seperti transisi energi yang juga sudah mulai dikembangkan. Ini adalah hal yang positif. Namun memang transisi ini tidak mudah karena ketika kita berbicara B30, bahkan jika kita menargetkan B100, maka akan terjadi konflik yaitu fuel dan food.” 

Berita Lainnya:
Cegah Kericuhan Terulang, Legislator Ingatkan Disdik Kota Bogor Persiapkan PPDB


Ia mencontohkan, sawit apabila diarahkan menjadi energi, maka suplai minyak goreng menjadi bermasalah. Karena itu harus ada kebijakan untuk menghasilkan titik optimum dengan mencari sumber-sumber energi baru lainnya sebagai alternatif, seperti matahari. “Matahari merupakan energi yang selalu memberi tak harap kembali,” ujarnya.


Kesimpulannya, kata Prof Arif, dampak perubahan iklim akan sangat besar seperti kekeringan, anomali curah hujan, banjir rob dan gagal panen. Langkah pemerintah dengan membangun pusat-pusat lapang informasi cuaca sudah dapat dilihat sehingga petani dapat memepertimbangkan kapan menanam tidak,” ucap Prof Arif. 


Adapun langkah antisipasi lainnya, lanjut dia, seperti asuransi untuk pertanian, karena sektor pertanian juga akan terancam dengan gagal panen yang berimbas terhadap minimnya minat petani untuk menanam.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi