Soliditas KIB kini sedang diuji setelah politikus senior PPP dukung Anies.
JAKARTA — Analis politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas tiga partai politik tengah menghadapi ujian. Soliditas mereka saat ini diuji, apakah tetap loyal terhadap Jokowi sebagai bagian dari komitmen awal dan memilih bersama PDIP atau bergerak sendiri seperti yang dilakukan politisi senior PPP dengan mendukung Anies Baswedan.
Menurut Umam, sejak awal KIB sempat menjadi panutan dikarenakan menjadi inovasi koalisi cukup progresif. Mereka disebut paling awal mendeklarasikan sebuah koalisi dari tiga partai dan berpotensi mengumumkan nama capres karena secara syarat elektoral terpenuhi.
“Tetapi dalam perjalanannya, di balik soliditasnya ada titik kelemahan yang menunjukkan masih rapuhnya koalisi tersebut, yakni belum adanya tokoh capres dan cawapres yang riil dari KIB. Sehingga per hari ini soliditas mereka diuji, masing masing anggota KIB terkesan bimbang dan bingung arah koalisi ini mau ke mana?” kata Umam, Selasa (11/10/2022).
Menurut dia, publik sejak awal juga ada yang menduga KIB sebagai jalan bagi calon disepakati Jokowi. Itulah yang membuat KIB belum mengumumkan nama siapa bakal capres yang akan diusung dari internal ketiga partai. Namun, ia menyebut, apa yang terjadi di PPP kemarin setelah secara tiba-tiba terjadi pergantian kepemimpinan di PPP, berpotensi besar hal itu juga mengubah arah koalisi kedepan.
“Memang masih bisa saja ke Ganjar atau bisa saja ke Puan, atau bahkan bisa saja ke Anies. Atau bahkan tetap pada agenda KIB di awal dukung kader di antara tiga parpol sendiri seperti Airlangga,” terangnya.
Kemungkinan-kemungkinan inilah, menurut Umam yang akhirnya membuat KIB berada di ujung perpecahan. Apalagi, saat ini, ia melihat Golkar bukan sebuah entitas kekuatan tunggal. Golkar sebuah partai yang didalamnya, diurus dan dipengaruhi dari berbagai kekuatan politik. Sebagaimana ada Akbar Tanjung yang sudah mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan.
“Artinya kalau sampai saat ini Airlangga Hartarto, masih mencoba mencari jalan, untuk bertahan dari gelombang dinamika politik jelang pilpres 2024. Dan ternyata Airlangga melakukan kesalahan yang membawa Golkar tenggelam bersama koalisi KIB, maka posisi itu sudah ditunggu oleh internal lain di tubuh Golkar, untuk segera menendang beliau dari posisi Ketua Umum Golkar,” jelasnya.
Karena itu, melihat situasi dan dinamika tersebut, Umam menyebut, KIB akhirnya masih sangat sangat cair. “Betul KIB sudah deklarasikan koalisi, tapi situasi massa sangat cair, dan bahkan berpotensi bubar,” imbuhnya.
Per hari ini, Umam mengungkapkan, dinamika pencapresan sudah dipastikan ada tiga poros. Pertama poros pencapresan Prabowo, namun siapapun cawapresnya setidaknya ini sudah terlihat.
Kedua pencapresan Anies Baswedan, yang kemarin dideklarasikan oleh Nasdem. Walaupun Demokrat dan PKS belum mendklarasikan, namun hampir sudah bisa dipastikan dukungan akan ke Anies.
Kemudian adalah PDIP sebagai pemilik 21 persen kursi yang juga sebagai satu satunya partai yang bisa mencalonkan presiden dan wapres tanpa harus koalisi. Adapun KIB, kalau mereka solid, tentu bisa langsung mengajukan nama capres yang akan diusung.
“Namun karena terlihat belum percaya diri, maka diduga KIB berpotensi pecah dan melebur dengan salah satu gerbong-gerbong koalisi dengan salah satu gerbong yang telah disebutkan tadi,” paparnya.
Sumber: Republika