Jumat, 03/05/2024 - 16:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AFRIKAINTERNASIONAL

Negara Miskin Tuding Perusahaan Minyak dan Negara Kaya Penyebab Pemanasan Global

ADVERTISEMENTS

Barat cepat memberikan bantuan untuk Ukraina tapi lamban untuk perubahan iklim.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 SHARM EL-SHEIKH — Para pemimpin dari negara miskin mengkritik pemerintah negara kaya dan perusahaan minyak karena mendorong pemanasan global. Dalam pidato pada Selasa (8/11/2022) di konfernsi iklim COP27, para pemimpin negara miskin menuntut negara kaya membayar kerusakan yang ditimbulkan akibat perubahan iklim.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Negara-negara pulau kecil yang sudah diterpa badai laut yang semakin ganas dan kenaikan permukaan laut, mendesak perusahaan minyak mengeluarkan sebagian keuntungan besar mereka untuk membayar kerugian. Sementara negara-negara berkembang di Afrika menyerukan bantuan dana internasional untuk membayar kerugian bencana akibat pemanasan global.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


“Industri minyak dan gas terus menghasilkan keuntungan hampir 3 miliar dolar AS setiap hari,” kata Perdana Menteri Antigua, Gaston Browne, yang berbicara atas nama Aliansi Negara-negara Pulau Kecil.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Pentingnya Membangun Ketahanan Anak Terhadap Perubahan Iklim  


“Sudah waktunya bagi perusahaan-perusahaan ini untuk membayar pajak karbon global atas keuntungan mereka sebagai sumber pendanaan untuk kerugian dan kerusakan. Ketika mereka mendapat untung, planet ini terbakar,” kata Browne.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Pernyataan Browne mencerminkan ketegangan antara negara kaya dan negara miskin dalam negosiasi iklim internasional. Presiden Senegal Macky Sall mengatakan, negara-negara berkembang di Afrika membutuhkan peningkatan dana untuk adaptasi terhadap memburuknya perubahan iklim. Mereka menolak seruan untuk beralih dari bahan bakar fosil yang dapat merusak pertumbuhan ekonomi mereka.  

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


“Mari kita perjelas, kita mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Tapi kita orang Afrika tidak bisa menerima bahwa kepentingan vital kita diabaikan,” kata Sall.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Sementara Presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengatakan, pemerintah Barat dengan cepat memberikan bantuan senilai miliaran dolar untuk perang di Ukraina. Tetapi mereka bergerak lambat untuk mengatasi perubahan iklim.

Berita Lainnya:
Mentan: Modernisasi Pertanian Tingkatkan Produksi Pangan


“Standar ganda tidak dapat diterima. Bukan rahasia lagi bahwa pembiayaan iklim telah meleset dari target, karena banyak negara maju menganggap perlu menunggu kontribusi pembiayaan iklim mereka, negara-negara ini juga berada di kedua sisi perang Ukraina dan tampaknya tidak ragu memberikan bantuan keuangan untuk perang yang berlangsung cukup lama,” ujar Wickremesinghe.


Sejumlah kepala negara dan pemerintahan lainnya dijadwalkan untuk berbicara pada Selasa. Tetapi sejumlah negara pencemar terbesar di dunia  termasuk Amerika Serikat, Cina dan India tidak ada dalam jadwal pidato pada Selasa. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berharap menjadi tuan rumah konferensi COP27 akan memberikan suntikan legitimasi internasional pada saat ekonominya sedang mengalami krisis.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi