Sabtu, 18/05/2024 - 14:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Warga Korsel Enggan Punya Anak Kendati Ada Insentif

Tingkat kesuburan Korea Selatan tahun lalu adalah 0,81 atau terendah di dunia.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 SEOUL — Populasi Korea Selatan menyusut untuk pertama kalinya pada 2021, dan diproyeksikan akan terus turun dari 52 juta saat ini menjadi 38 juta pada tahun 2070. Tingkat kesuburan Korea Selatan tahun lalu adalah 0,81 atau terendah di dunia.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Pemerintah Korea Selatan telah melaksanakan program untuk mendorong masyarakat memiliki anak.  Mereka diberi bantuan uang tunai, bantuan perawatan kesuburan, dukungan untuk biaya pengobatan, dan pinjaman. Seorang profesor kesejahteraan sosial di Universitas Dankook, Jung Chang-lyul, mengatakan, insentif tunai sama sekali tidak akan mendorong angka kelahiran.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

“Sementara masalah angka kelahiran yang rendah mungkin tampak penting di permukaan, masalah sebenarnya adalah tidak ada yang bertanggung jawab,” kata Jung, dilansir The Guardian.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Jung merujuk pada biaya tinggi untuk membesarkan anak dan harga real estat. Di Seoul dan wilayah lainnya harga apartemen di telah meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Gelombang Panas Menambah Penderitaan Para Pengungsi di Myanmar  

“Dalam masyarakat di mana anak-anak mulai menerima pendidikan swasta sejak usia dua atau tiga tahun, dan prestasi atau upah mereka ditentukan oleh kekayaan orang tua mereka dan biaya pendidikan swasta mereka, mereka yang tidak mampu secara finansial berpikir bahwa melahirkan seorang anak seperti melakukan dosa,” kata Jung.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Seorang pekerja kantoran yang baru menikah, Choi Jung-hee, berencana untuk tidak memiliki anak. Choi mengatakan kehidupanya bersama sang suami adalah yang utama.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Hidupku dan suamiku yang utama. Kami menginginkan kehidupan yang menyenangkan bersama, dan sementara orang mengatakan memiliki anak dapat memberi kami kebahagiaan, itu juga berarti harus banyak berkorban,” ujar Choi.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Gaya hidup masyarakat sedang berubah. Untuk pertama kalinya, proporsi rumah tangga dengan satu orang telah melampaui 40 persen. Tahun lalu, jumlah pernikahan di Korea Selatan mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu 193.000. Perempuan di Korea Selatan memprioritaskan kebebasan pribadi dan dengan sengaja mengesampingkan pernikahan.

Meskipun gaya hidup berubah, perempuan secara tradisional diharapkan dapat melepaskan pekerjaan mereka dan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu./Korea Selatan saat ini memiliki kesenjangan upah gender terburuk di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). 

Berita Lainnya:
UNICEF Ungkap Bahaya jika Perlintasan Gaza Ditutup

Pemerintah baru-baru ini membatalkan kebijakan yang berupaya memperluas definisi hukum keluarga untuk memasukkan mereka yang tidak terikat pernikahan. Kelompok lobi Kristen konservatif yang berpengaruh menyalahkan rendahnya angka kelahiran pada homoseksualitas.

Jung mengatakan, pada akhirnya, menangani kesejahteraan masyarakat adalah salah satu hal terpenting dalam mengatasi masalah angka kelahiran yang rendah. Di antara negara-negara OECD, Korea Selatan memiliki salah satu tingkat kepuasan hidup terendah, dan tingkat bunuh diri tertinggi.

“Orang akan mulai memiliki anak hanya ketika kita menciptakan masyarakat di mana anak-anak tumbuh lebih bahagia dari kita,” ujar Jung.

Jepang dan Korea Selatan dengan enggan membuka pintu untuk beberapa pekerja asing. Namun ada sedikit isyarat bahwa kedua negara bersedia menerima imigrasi massal untuk membantu meredakan bom waktu demografis yang terus berdetak.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi