Rabu, 01/05/2024 - 03:05 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kuliah Umum di Seskoal, Hasto Motivasi Perwira Bangun Rancangan Pertahanan RI Masa Depan

ADVERTISEMENTS

JAKARTA – Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto memberi kuliah umum kepada siswa Pendidikan Reguler Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) TNI Angkatan ke-61 di Jakarta Selatan. Ia memotivasi para perwira muda TNI agar membangun kultur untuk berani berimajinasi dan mengeluarkan ide tentang bagaimana merancang pertahanan negara Indonesia masa depan, sehingga benar-benar menjadi terkuat di dunia.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Hasto mengatakan hal itu dalam kuliah umum bertema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya, yang diikuti oleh 118 orang siswa Dikreg Seskoal TNI angkatan ke-61, Jumat (12/5/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Mari mulai hari ini, anda-anda semua para perwira siswa, kita berimajinasi bahwa TNI ke depan betul-betul jadi kekuatan terhebat. Bahwa semua itu mungkin, tak ada yang mustahil jika kita berani berimajinasi dan membuat ide disertai dengan sebuah tindakan strategis yang terukur,” kata Hasto.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Hasto mengajak para perwira itu untuk mengambil inspirasi dari aplikasi teori geopolitik Soekarno, yang menjadi topik disertasi doktoralnya di Unhan. 

ADVERTISEMENTS

Namun sebelum itu, terlebih dahulu dipaparkan Hasto mengenai teori tersebut. Intinya, pemikiran geopolitik Soekarno itu didasarkan pada ideologi Pancasila; bertujuan membangun tata dunia baru; berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme; pentingnya menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip koeksistensi damai (peaceful coexistence); serta berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat dan berkeadilan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Ada tujuh variabel geopolitik Soekarno, yaitu demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, ko-eksistensi damai serta sains dan teknologi. Dari ketujuh itu, dua variabel yang paling mempengaruhi adalah politik dan diplomasi internasional, serta variabel ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Berita Lainnya:
Kronologi Tewasnya Praka Supriyadi Murid Habib Bahar, Ditemukan Berlumuran Darah di Jalan, Sempat Bernapas Sejenak

Hasto lalu memaparkan bagaimana 7 instrument of national power tersebut harus disimulasikan menjadi power. Hasto pun memberi beberapa contoh aplikasinya. Salah satunya adalah bagaimana geopolitik digunakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno untuk membebaskan Irian Barat. 

Menyadari bila Irian Barat dikuasai Asing maka akan menjadi pisau belakang kapitalisme yang setiap saat bisa menusuk Indonesia, maka dibangun kesadaran rakyat mengenai kesatuan dari Sabang sampai Merauke. Lalu di tahun 1955, Indonesia mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang hasilnya Dasasila Bandung, dimana 7 dari 10 poinnya adalah demi pembebasan Irian Barat.

“Apa modalnya? Hanya hospitality kepada para negara peserta. Dengan berhasilnya KAA, legitimasi internasional Indonesia menjadi menguat. Kita dapat dukungan Asia Afrika. Sehabis itu, dikeluarkan deklarasi Djuanda yang menaikkan wilayah kita 2,5 kali lipat tanpa perang,” ujar Hasto.

“Inilah kekuatan imajinasi dan ide. Maka TNI sekarang juga harus berani berimajinasi menjabarkan pemikiran Bung Karno agar Indonesia memiliki kekuatan pertahanan terkuat di Samudera Hindia sehingga bisa menjadi pintu gerbang masa depan dunia di Pasifik. Jangan berpikir punya uang atau tidak. Kuncinya ide, imajinasi, dan strategi serta mengambil prakarsa keterlibatan Indonesia di percaturan global sambil mengembangan penguasaan iptek,” ujar Hasto.

Lebih lanjut Hasto menegaskan bahwa setelah KAA, Indonesia aktif di Gerakan Non Blok dan berbagai even internasional lain yang semakin memperkuat pengaruh Indonesia. Dan Indonesia menggunakan pengaruh itu untuk memperkuat pertahanan negara serta mengirimkan para pemuda Indonesia ke luar negeri.

Berita Lainnya:
Prabowo Larang Pendukung Demonstrasi, Pengamat: Sudah Tepat, Arif dan Bijaksana

“Pada saat itu, kekuatan militer Indonesia disebut sebagai kekuatan terhebat di belahan bumi bagian Selatan. Pendanaan alutsista tidak lebih dari hasil dari strategi geopolitik yang ditopang sebagian oleh APBN,” ujarnya.

“Dengan diplomasi luar negeri yang menyatu dengan diplomasi pertahanan, kita akan kuat,” lanjut Hasto.

Ia mengajak para perwira itu untuk memikirkan soal beberapa variabel kekuatan Indonesia terkini, dikaitkan dengan rancang bangun pertahanan Indonesia ke depan. Yakni kekuatan demografi; tata ruang geopolitik Indonesia; Sumber Daya Alam; komoditas strategis; kekuatan maritim dan potensinya serta bargaining Indonesia di dalam menjaga keseimbangan iklim global

“Semua itu harusnya disimulasikan menjadi power kita,” tegas Hasto.

Sebagai Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto mengatakan bahwa geopolitik akan menjadi variabel yang penting untuk membangun masa depan Indonesia, khususnya di bidang pertahanan. Maka dalam visi misi Ganjar Pranowo sebagai capres yang diusung partainya, pemahaman geopolitik akan betul-betul dikedepankan.

“Kami saat ini sedang merancang visi misi calon presiden, Ganjar Pranowo, dimana fungsi diplomasi luar negeri dan pertahanan harus jadi satu,” tandasnya.

Danseskoal Laksamana Muda TNI Yoos Suryono Hadi mengatakan pihaknya memberikan apresiasi kepada Doktor Hasto yang menyempatkan waktunya memberikan kuliah umum geopolitik kepada para perwira siswa. Secara keseluruhan, ada 118 perwira siswa dari semua matra angkatan di TNI plus Kepolisian RI, di angkatan ke-61 itu.

“Terima kasih atas kesediaan Doktor Hasto Kristiyanto untuk memberikan kuliah mata pelajaran geopolitik kepada sleuruh siswa,” kata Laksamana Muda Yoos.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi